Bandung, era.id - Kematian Haringga (23), seorang Jakmania yang digulung puluhan oknum Bobotoh di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Bandung, Jawa Barat enggak cuma melahirkan duka, tapi juga memancing tanya. Dari sekian banyak pertanyaan, ada satu yang paling menggugah, yaitu pertanyaan yang keluar dari mulut Mario Gomez, pelatih Persib Bandung. Singkat saja buat Gomez: sampai kapan mau saling benci kayak gini?
Mario mengaku bingung, apa enak menikmati olahraga paling asyik di dunia ini dengan kebencian? Apa enggak mau gitu orang Bandung nonton Persib tandang ke Jakarta dengan perasaan tenang duduk di stadion bersama keluarga.
Atau, enggak inginkah penduduk Jakarta liburan ke Bandung dan pergi nonton bola ke Stadion GBLA untuk nonton Persija di sana? Dengan segala kebencian yang seakan ogah diakhiri ini, rasanya enggak mungkin. Makan, terima saja kondisi sepak bola dalam negeri yang menyebalkan ini.
"Apakah kalian tidak ingin menonton di Jakarta bersama keluarga? Apakah kalian bisa pergi? Bisa saja," tutur Gomez sebagaimana kami kutip dari Antara, Rabu (26/9/2018).
"Saya harap di masa depan kita bisa bertanding sambil ditonton fans Persija dan fans Arema. Kita juga bisa pergi untuk menonton di Jakarta, di Malang, di semua tempat. Kenapa tidak? Ini sepakbola, bukan perang, tapi sepakbola," tambah Gomez.
Beralasan memang. Sebab, selama ini perseteruan suporter sering berujung kesialan. Bahkan, sampai ada larangan suporter tertentu dilarang datang ke markas suatu klub. Contohnya, saat Persib bermain melawan Persija di Jakarta, Bobotoh tidak diperbolehkan datang, begitu juga sebaliknya. Enggak asyik banget kan?
Hal serupa terjadi pada sejumlah klub di Indonesia. Contohnya saat Persebaya Surabaya bertemu Arema Indonesia di Malang, suporter Persebaya dilarang datang. Saat kedua tim bermain di Surabaya, suporter Arema tidak diperbolehkan datang.
Menurut Gomez, hal seperti itu tidak seharusnya terjadi. Jelas banget, sepak bola harusnya menyenangkan. Penonton atau suporter pun harusnya nyaman datang ke stadion untuk menyaksikan pertandingan dengan nyaman.
Gomez pun berharap segala perselisihan sesama suporter bisa diakhiri. Sebab, hal itu sama sekali tidak memberikan manfaat positif. Esensi sepakbola sebagai hiburan dan pemersatu anak bangsa menjadi sirna.
Agar perdamaian sesama suporter bisa terjadi, menurutnya perlu kerja keras dan komitmen berbagai pihak. Semua harus sama-sama bergerak untuk mengembalikan sepakbola pada esensinya sebagai sebuah hiburan.
"Ini soal edukasi. Semuanya harus menekankan bahwa tidak ada kekerasan di luar lapangan karena ini hanya sepakbola. Hanya yang bertanding yang 'bertarung', sementara penonton tidak. Ini pertunjukkan sepakbola," kata Gomez.
Ia memberi contoh pertandingan Real Madrid melawan Barcelona di Liga Spanyol yang selalu berada dalam tensi tinggi. Tapi, tensi tinggi hanya tersaji di lapangan oleh pemain kedua tim.
"Di pertandingan Barcelona versus Real Madrid (tensi pertandingannya panas), tapi fans tidak berkelahi di stadion. Itu bedanya dan itu bisa jadi contoh untuk (suporter) Indonesia, untuk semuanya. Bukan hanya untuk kita, tapi (Persija) Jakarta, (Arema) Malang, untuk semua," katanya.