Batas Aman Makan Daging Kambing dan Sapi serta Kandungan Nutrisinya

ERA.id - Iduladha sebentar lagi. Masyarakat Indonesia, terutama yang muslim, bisa menikmati berbagai olahan daging kambing dan sapi. Namun, masyarakat perlu tahu batas aman makan daging kambing dan sapi agar tidak berefek buruk bagi kesehatan.

Kandungan Gizi Daging Kambing dan Sapi

Berdasarkan Buku Ajar Ilmu Kesehatan: Memahami Gejala, Tanda dan Mitos, berikut ini adalah rincian mengenai nutrisi atau kandungan gizi pada daging kambing dan sapi.

-      Lemak

Lemak membantu proses penyerapan vitamin (A, D, E, dan K), mineral, dan menunjang fungsi otak. Lemak pada 100 gram daging sapi 15 gram, sedangkan lemak pada 100 gram daging kambing adalah 2,3 gram.

-      Kolesterol

Tak hanya lemak, kadar kolesterol daging kambing sapi juga lebih tinggi dibandingkan daging kambing. Pada 100 gram daging kambing terdapat kolesterol sekitar 57 mg, sedangkan 100 gram daging sapi memiliki kadar kolesterol sekitar 89 mg.

-      Kalori

Menurut Kemenkes, daging kambing sebenarnya terbilang sebagai daging paling sehat daripada daging merah yang lain. Berdasarkan data Departemen Pertanian Amerika Serikat, per 100 gram daging kambing menghasilkan kalori paling sedikit dibandingkan daging sapi, babi, domba, bahkan ayam. Per 100 gram daging kambing mengandung 109 kalori, sedangkan per 100 gram daging sapi mengandung 250 kalori.

-      Protein

Protein punya manfaat yang banyak, seperti membangun dan memperbaiki jaringan tubuh; memproduksi hormon, enzim, dan zat kimia lain; membentuk tulang, kulit, darah; serta menjadi sumber tenaga. Kemudian, kandungan protein pada daging-daging merah berada pada tingkatan yang setara.

Batas Aman Makan Daging Kambing dan Sapi

Daging kambing dan sapi mengandung banyak nutrisi yang baik bagi kesehatan. Namun, konsumsi yang berlebihan bisa berefek buruk secara langsung pada tubuh, misalnya pusing dan mual. Konsumsi secara berlebihan dalam waktu lama bisa membuat beberapa penyakit degeneratif berkekembang, seperti kolesterol tinggi, darah tinggi atau hipertensi, dan asam urat.

Ilustrasi memasak daging merah (pixabay)

Menurut Tan Shot Yen, dokter ahli gizi, daging kambing dan sapi mengandung lemak jenuh yang berefek tidak baik jika dikonsumsi secara berlebihan. Dia mengingatkan agar tidak mengonsumsi lemak dari gajih.

Lemak mengandung kalori tertinggi. Hal tersebut tidak hanya memicu terjadinya kegemukan, tetapi juga sangat lambat dicerna. Oleh sebab itu, masyarakat diimbau untuk tetap mengontrol porsi makan daging.

Dikutip Era.id dari situs web resmi Kemenkes, berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan pada tahun 2013, daging bisa dikonsumsi sebanyak 2—3 kali dalam seminggu. Cara memasak juga harus diperhatikan, termasuk kematangannya (sebaiknya matang sempurnya).

Penggorengan daging meningkatkan kadar lemak (dari minyak goreng), sedangkan pembakaran meningkatkan risiko dari zat karsinogenik penyebab kanker. Kemudian, memasak dengan santan disarankan sekali masak untuk langsung habis—tidak dimasak kembali atau dihangatkan kembali.

Santan yang dipanaskan berulang tidak baik untuk kesehatan. Oleh sebab itu, proses memasak sebaiknya berupa perebusan. Selain itu, konsumsi daging kambing dan sapi sebaiknya dibarengi dengan konsumsi sayur dan buah sehingga kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan seimbang.