Mengenal Apa Itu Tapa Bisu Lampah Mubeng Beteng di Yogyakarta

ERA.id - Pada 19 Juli 2023 digelar tradisi tapa bisu lampah mubeng beteng di Keraton Yogyakarta dalam rangka menyambut bulan Sura. Ini adalah tradisi yang dilakukan tiap tahun di Kota Yogyakarta, tetapi belum banyak yang mengenal apa itu tapa bisu.

Pada malam tersebut, para peserta melakukan mubeng benteng atau ‘mengelilingi beteng’ dengan berjalan kaki. Selama perjalanan tersebut, para peserta tidak diperbolehkan berbicara. Inilah yang disebut tapa bisu.

Mengenal Apa Itu Tapa Bisu Lampah Mubeng Beteng

Dikutip Era.id dari situs resmi Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, tapa bisu lampah mubeng benteng Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan tradisi tahunan berupa kegiatan mengelilingi area di sekitar Keraton Yogyakarta tanpa berbicara.

 Tapa bisu (YouTube)

Tradisi ini telah ada sejak zaman Sri Sultan Hamengku Bowono II untuk menyambut malam satu Sura. Ritual mengelilingi area sekitar Keraton tanpa berbicara menjadi bentuk intropeksi dan pendeketan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar selalu diberi perlindungan.

Ritual tapa bisu diawali dengan pelantunan tembang macapat oleh para abdi dalem. Dalam tiap lirik macapat tersebut terdapat doa dan harapan. Pelantunan macapat dilakukan di Keben Keraton Yogyakarta

Para peserta tapa bisu lampah mubeng benteng tidak boleh berbicara, minum, ataupun merokok selama mengelilingi beteng sebagai bentuk perenungan dan intropkesi diri. Keheningan menjadi simbol evaluasi serta keprihatinan terhadap semua perbuatan yang dilakukan selama setahun terakhir.

Perjalanan tersebut menempuh jarak kurang lebih 4 km. Rute tapa bisu lampah mubeng benteng dimulai dari Bangsal Pancaniti, Jalan Rotowijayan, kemudian ke Jalan Kauman, Jalan Agus Salim, lalu Jalan Wahid Hasyim, Suryowijatan, melewati Pojok Beteng Kulon, Jalan MT Haryono, Pojok Beteng Wetan, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Ibu Ruswo, dan berakhir di Alun-alun Utara Yogyakarta.