Dua Tsunami dan Nyawa Kedua Rahmat
Rahmat barangkali adalah satu dari sedikit orang yang mengalami situasi hidup dan mati terjebak dalam dua bencana tsunami di waktu dan tempat berbeda: di Aceh pada 26 Desember 2004 dan di Palu pada 28 September sepekan lalu. Maka, enggak berlebihan rasanya menyebut Rahmat sebagai salah satu orang yang paling beruntung, meski keberuntungan bukan satu-satunya hal yang membuat Rahmat tetap hidup.
Dua peristiwa tsunami itu dilalui Rahmat dengan berjibaku. Di Aceh, Rahmat harus berenang di antara arus deras tsunami dan puing bangunan yang hancur disapu tsunami sebelum akhirnya berhasil menyelamatkan diri ke daratan. Di Palu, Rahmat menggunakan akalnya, menjadikan pengalamannya bertahan hidup saat tsunami Aceh untuk menyelamatkan dirinya di Palu.
Rahmat yang merupakan Kepala Sekretariat Majelis Adat Aceh (MAA) tiba di Palu pada 27 September untuk mengikuti sebuah workshop yang dijadwalkan keesokan harinya. Di Palu, Rahmat menginap di Hotel Swiss Bell yang terletak enggak jauh dari pantai. Di hotel itu, Rahmat mendapat kamar di lantai tiga. Hanya sempat mengistirahatkan diri sebentar, Rahmat langsung disambut gempa kecil pada pukul 15.00 WITA. Namun, guncangan itu enggak terlalu mengganggunya.
Usai gempa kecil itu, Rahmat kemudian turun untuk mendaftarkan diri sebagai peserta acara di lantai satu hotel. Usai mendaftar, Rahmat kembali naik ke kamar untuk mandi. Namun, belum sempat Rahmat mandi, gempa dahsyat 7,4 SR mengguncang. "Pukul 18.00 WITA, saya naik ke lantai 3 dari lantai satu untuk mandi. Tiba-tiba, gempa 7,4 magnitudo mengguncang. Saya ambil pakaian dan turun ke bawah," tutur Rahmat seperti ditulis Detikcom.
Sampai di lantai satu, Rahmat disambut gelombang besar yang mulai menyapu daratan. Berbekal pengalaman di Aceh, Rahmat dengan cepat berlari ke lantai lima hotel. Rahmat tahu betul, bangunan tertinggi adalah tempat paling aman untuk menyelamatkan diri dari sapuan tsunami. Kata Rahmat, peristiwa demi peristiwa hari itu terjadi begitu cepat. Bahkan, menurut pengamatannya, tsunami menerjang dalam waktu sepuluh menit usai gempa besar terjadi.
Setelah keadaan dinilai cukup aman, Rahmat dan sejumlah penghuni dan staf hotel kembali ke lantai dasar. Di sana, Rahmat mendapati tanah lantai satu sudah amblas beberapa meter dan dipenuhi air serta pecahan kaca. Dan beruntung, pecahan kaca itu jadi satu-satunya luka yang didapat Rahmat dari bencana tsunami Palu.
"Di lantai bawah hotel masih ada air selutut. Kami kemudian dievakuasi oleh manajer hotel ke sebuah bukit yang jauh dari pantai," tutur Rahmat ditulis Viva.