Megawati: Bukannya Mau Sombong, Tapi Saya Ini Gelar Profesornya 2 dan Honoris Causa 9

ERA.id - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, mengkritik kalangan perempuan dan akademisi yang kerap diam dan tak mengambil sikap terhadap berbagai masalah bangsa.

Hal itu disampaikan Megawati di acara temu kebangsaan "Merawat Keberagaman: Membentuk Pemimpin Nasional yang Bernyali Tanpa Membenci" di pendopo Hotel Royal Ambarrukmo, Sleman, Yogyakarta, Selasa (22/8/2023).

"Intelektual ini sepi ing gawe (tak banyak berbuat). Tidak mau bicara, kenapa ya, apakah merasa kurang PD (percaya diri). Apa hanya karena (belajar) teori? Bicaralah dari keilmuan masing-masing," ujarnya.

Megawati menyatakan kritik itu saat menjelaskan perannya sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang membawahkan puluhan ribu peneliti.

Jabatan itu, kata Megawati, diemban setelah ia berdiskusi panjang dengan Presiden Joko Widodo. Menururnya, ia menaruh kegelisahan atas rendahnya budaya riset di Indonesia.

"Betapa rendah riset kita. Kalau tidak disatukan tidak akan ada lompatan riset. Beliau (Jokowi) setuju, mungkin karena saya cerewet. Tidak lama tanpa memberi tahu, tiba-tiba saya dilantik," ujarnya.

Di kesempatan itu, Megawati pun kembali menyebut gelar akademiknya. "Bukannya mau sombong, saya ini suka dibully. Tapi saya ini (gelar) profesornya 2, Honoris Causa 9, dan masih menunggu 6 (gelar HC) lagi karena Covid,' ujarnya.

Pada bahasan lain, ia juga mengkritik perempuan dan kalangan ibu-ibu yang suka tampil di media sosial. Sementara banyak anak dalam kondisi stunting.

"Apa itu namanya, flexing, mejeng, terus maunya apa? Terus anak-anaknya stunting. Stunting itu jadi beban negara lho," kata dia.

Megawati juga meminta kalangan perempuan untuk melawan ketidakadilan yang menimpa mereka, termasuk jika hal itu dilakukan laki-laki bahkan sang suami. Tugas

Adapun bakal calon presiden PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo, mengatakan tengah menguatkan 3 fondasi untuk kepemimpinan ke depan.

"Pertama menggandakan anggaran negara untuk pelayanan berkualitas. Kedua, digitalisasi pemerintah untuk tata kelola yang lebih baik. Dan ketiga, membasmi korupsi untuk mengembalikan kepercayaan rakyat," ujarnya.

Acara ini sekaligus merupakan deklarasi relawan Pijar (Pilih Ganjar) yang datang dari berbagai kalangan, termasuk sejumlah akademisi.

"Kami yakin Ganjar Pranowo adalah pemimpin bernyali yang tanpa membenci mampu merawat kebhinekaan dan keberagaman. Kami menitipkan keberagaman ini karena saat ini menjadi tantangan yang tidak ringan," tutur Ketua Umum Pijar, Nindyo Pramono, yang juga dosen Ganjar saat studi hukum di UGM.