Membangun Dinasti Politik Ala Jokowi
"Bocah berkepala besar itu pasti jadi orang," begitu bunyi "ramalan" kakek Jokowi yang tercantum dalam buku Saya Sujiatmi, Ibunda Jokowi (2014). Pesan tadi, seingat Sujiatmi, disampaikan bapaknya saat usia Jokowi masih 4 tahun. 50 tahun kemudian, "bocah berkepala besar" itu menjadi presiden Indonesia.
ERA.id - Joko Widodo hanya butuh sekitar 20 tahun sejak ia memutuskan bergabung menjadi kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) hingga berhasil memenangi pemilihan presiden (pilpres) pada 2014. Wajahnya terpampang dalam sampul majalah TIME edisi Oktober 2014 dengan headline “A New Hope”. Keluarganya jauh dari dunia politik; anak-anaknya sibuk berbisnis; dan Jokowi digadang-gadang bakal memutus rantai oligarki.
Kali kedua ia memenangi pilpres, belum ada anak-anaknya yang terjun ke politik. Sewaktu Jokowi diwawancarai eksklusif oleh Tribun, ia sempat menyampaikan kalau anak-anaknya masih senang di dunia usaha dan tidak tertarik ke dunia politik.
"Tapi ya enggak tahu lagi, kalau tahu-tahu besok pagi bilang, 'Pak, saya kepingin jadi wali kota,' siapa tahu," ujar Jokowi. "Kalau ditanya itu, saya akan bilang, ya jadi saja."
Menjelang akhir masa jabatan periode kedua Jokowi, satu per satu keluarganya mulai melangkahkan kaki ke panggung politik. Ia yang dulu dipuji-puji karena jauh dari dinasti politik, kini mulai membangun dinastinya sendiri.
Gibran: Dari jualan martabak ke tawaran cawapres Prabowo
"Kami berdua membesarkan nama kami sendiri tanpa embel-embel orang tua meski orang pasti mengaitkan hal itu," ujar putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, ketika bisnis adiknya, Kaesang dibilang sukses karena aji mumpung.
Kakak-beradik Gibran dan Kaesang kurang lebih punya 24 perusahaan bersama, dengan puluhan bisnis kuliner di bawahnya yang dirintis sejak 2010. Salah satu yang paling populer adalah Markobar (PT Martabak Kotta Barat).
Meski menolak dikait-kaitkan dengan Jokowi, nyatanya banyak bisnis mereka yang tak terlepas dari pengaruh sang bapak. Misalnya, Jokowi pernah berkunjung ke perusahaan akselerator startup Plug and Play di Silicon Valley pada Februari 2016. Ia meminta mereka berinvestasi dan mengembangkan startup di Indonesia.
Plug and Play lalu bermitra dengan Gan Kapital dan berjanji membangun 50 startup tiap tahun di Indonesia. Di sini, PT Harapan Bangsa (GK Hebat) yang menaungi sejumlah bisnis Gibran dan Kaesang seperti Sang Pisang dan Ternakopi turut berperan menjadi platform akselerator startup di Indonesia yang menerima pendanaan usaha.
Sekitar 10 tahun sejak Gibran mulai merintis usaha kulinernya, ia pun mulai melirik panggung politik nasional. Dan seperti bapaknya, Gibran memulai langkahnya dari wali kota Solo. Sang ibu, Iriana Jokowi ikut melepas Gibran saat mendaftar pemilihan wali kota.
"Pagi ini kita berkumpul di sini bukan hanya untuk mengantar seorang Gibran mendaftar di DPD PDIP Jawa Tengah di Semarang. Tapi kali ini kita berkumpul di sini, kita disatukan oleh cita-cita yang sama. Apa yang menyatukan kita? Cita-cita agar Solo melompat lebih maju," ujar Gibran di Solo, Kamis (12/12/2019).
Ketika usianya masih 34 tahun, ia dilantik sebagai wali kota Solo pada 26 Februari 2021—10 tahun lebih muda dari usia Jokowi waktu pertama kali menduduki posisi serupa. Dan belum lima tahun menjabat, belakangan Gibran dikabarkan mulai dilirik bakal calon presiden (bacapres) Prabowo Subianto untuk mendampinginya pada Pilpres 2024 nanti.
"Semua orang kan sudah tahu. Beliau (Prabowo) sudah minta berkali-kali (jadi cawapres)," ucap Gibran di kantornya, Senin (9/10/2013).
Ia juga mengaku sudah melaporkan tawaran tersebut ke partainya yang mengusung Ganjar Pranowo sebagai bacapres. Namun, ia juga mengaku belum mengiyakan tawaran Prabowo karena masih belum cukup umur.
Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Pemilu), usia minimal capres dan cawapres dibatasi 40 tahun. Sementara Gibran sendiri tahun ini baru berusia 36 tahun.
“Ya ditunggu saja di MK (Mahkamah Konstitusi),” tambah Gibran.
Seperti diketahui, polemik batas usia minimal capres-cawapres masih terus bergulir dan sudah dibawa ke MK. Tiga pihak menjadi penggugat batas minimal usia tersebut dan meminta diturunkan menjadi 35 tahun. Mereka adalah Partai Solidaritas Indonesia (PSI); Partai Garda Perubahan Indonesia (Partai Garuda); dan sejumlah kepala daerah.
Sementara Ketua MK saat ini, Anwar Usman, diketahui merupakan adik ipar Jokowi. SETARA Institute menilai uji materiil ketentuan batas usia capres dan cawapres di MK bukan lagi untuk menegakkan hak-hak konstitusional warga, tetapi untuk kepentingan individu semata.
"Diduga kuat dilandasi nafsu kuasa keluarga Jokowi dan para pemuja Jokowi yang hendak mengusung Gibran Rakabuming Raka, Wali Kota Solo, yang belum genap 40 tahun, sebagai Cawapres Prabowo," ungkap Ketua Dewan Nasional SETARA Institute dalam keterangan tertulisnya, Senin (9/10/2023).
Putusan terkait gugatan batas usia capres-cawapres ini dijadwalkan akan disampaikan pada 16 Oktober 2023. Dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengatakan bakal patuh pada putusan tersebut. Seandainya MK mengabulkan gugatan dan menurunkan batas minimal usia capres-cawapres menjadi 35 tahun, otomatis Gibran punya peluang untuk maju menemani Prabowo.
Kaesang: Dua hari langsung jadi ketua umum PSI
Putra kedua Jokowi, Kaesang Pangarep menghebohkan publik setelah mengumumkan bergabung dengan PSI. Namun, yang lebih menghebohkan lagi adalah ketika ia diumumkan menjadi Ketua Umum PSI dua hari sesudahnya.
Dalam forum Kopi Darat Nasional (Kopdarnas) PSI, Wakil Ketua Dewan Pembina DPP PSI Grace Natalie membanggakan partainya yang dinilai berhasil melakukan kaderisasi sekaligus regenerasi kepemimpinan.
"Di usia yang baru sembilan tahun ini, tidak hanya kaderisasi yang telah kami lakukan, tapi juga regenerasi," ujarnya. "Kalau kita berkaca pada partai-partai yang lain ada yang umurnya sudah lebih banyak, kaderisasinya kami yakin juga lebih baik, tetapi belum juga melakukan regenerasi."
Namun, banyak pengamat politik menilai pemilihan Kaesang sebagai ketua umum adalah dagelan.
“Tidak ada yang paling menggelikan dalam bulan ini di ruang politik kecuali PSI memilih Kaesang sebagai ketua umum partai itu,” ujar pengamat politik Ray Rangkuti.
Menurutnya, PSI sudah menjadi seperti perusahaan keluarga dan pemilihan ketua umumnya sudah mengabaikan idealisme. Tujuannya hanya demi meraup suara.
“Dan demi kepentingan suara itu, kualitas-kualitas personal diabaikan lalu ditukar dengan kualitas bapakisme,” lanjut Ray. “Kaesang adalah anak Presiden, dan PSI hendak meraup suara pemilih yang memilih berdasar popularitas Pak Jokowi.”
PSI sendiri merupakan pendukung Jokowi garis keras jauh sebelum Kaesang masuk. Mereka pun yang pertama kali memperkenalkan istilah “Jokowisme” ke publik untuk menggambarkan “kepemimpinan yang berani dan berkarakter”.
Bergabungnya Kaesang ke PSI semakin memperkuat posisi partai anak muda itu sebagai perpanjangan tangan Jokowi. Sebagaimana yang disampaikan pengamat politik Feri Amsari.
"Jokowi betul-betul hendak menjadikan keluarganya sebagai rezim baru kekuasaan. Suatu hal yang terkesan dipaksakan," ujar Feri kepada ERA, Selasa (26/9/2023).
Kaesang sendiri terang-terangan mengakui bahwa sang bapak adalah inspirasinya dan ia ingin berpolitik seperti Jokowi.
"Terus terang, saya masuk politik karena terinspirasi Bapak saya. Saya ingin mengikuti jejak beliau, berpolitik untuk kebaikan," ungkapnya seusai diperkenalkan sebagai Ketua Umum PSI. "Kepada seluruh kader, pengurus, dan simpatisan PSI, saya menyerukan agar menjalankan politik dengan hati yang bersih dan penuh kegembiraan!"
Bobby: Menantu kebanggaan mertua
Dari ketiga anak Jokowi, hanya Kahiyang Ayu (anak bungsunya) yang tidak terjun ke politik. Namun, suami Kahiyang, Bobby Nasution yang meneruskan jejak politik mertuanya. Pria kelahiran 1991 itu dilantik sebagai Wali Kota Medan pada 2021 lalu, di usianya yang masih 30 tahun.
Bobby maju di Pilkada Medan 2020 bersama Aulia Rachman. Mereka berdua diusung koalisi PDIP, Gerindra, PAN, Golkar, Hanura, PPP, dan PSI yang punya 39 kursi di DPRD Kota Medan. Sementara lawannya diusung oleh Demokrat dan PKS.
Kendati tak dijagokan menang karena Jokowi tercatat dua kali kalah di sana pada Pilpres 2014 dan 2019, tetapi Bobby berhasil jadi juara. Ia pun menampik tuduhan politik dinasti yang menyertai pencalonannya sebagai wlai kota.
"Ya bukan dinastilah," ujarnya di Jakarta, Jumat (21/2/2020). "Kita ingin berbuat di suatu daerah tempat lahir kita di situ."
Meskipun begitu, Enkin Asrawijaya dalam studi berjudul Peran Modal Sosial Jokowi dalam Politik Kekerabatan, menulis bahwa pengaruh Jokowi punya sumbangsih bagi akseptabilitas dan elektabilitas Bobby di Medan.
"Pengaruh Jokowi rupanya mampu mendongkrak elektabilitas Bobby," tulisnya. "Ini dibuktikan dari survei Indo Barometer yang menyatakan angka akseptabilitas mencapai 32% ketimbang lawannya."
Penyebabnya, menurut Enkin, adalah kepuasan masyarakat kepada petahana yang rendan dan kepuasan kepada Jokowi sebagai Presiden RI yang cukup baik.
Kini, Bobby tampak membidik posisi sebagai gubernur dalam pemilihan mendatang. Ia mematikan akan maju dalam pemilihan gubernur (Pilgub) Sumatera Utara pada pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak tahun 2024.
Bobby menyampaikan hal itu saat berkunjung ke Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Tanjung Gusta Kelas I Medan, Jalan Lembaga Permasyarakatan, Kecamatan Medan Helvetia, Selasa (25/10/2022).
Awalnya, menantu Jokowi itu ditanya soal hasil survei elektabilitas sejumlah tokoh dalam Pilgub Sumut 2024 yang dikeluarkan oleh Charta Politika Indonesia yang menyebutkan elektabilitasnya tertinggi di antara nama-nama lain.
"Ya, pilgub nanti di 2024. Saya pastikan di 2024," ujarnya.