Mengenal Beberapa Jenis Trauma Psikologis yang Bisa Menyerang Setiap Orang

ERA.id - Ada banyak jenis trauma psikologis yang bisa terjadi karena berbagai faktor. Salah satu pengklasifikasian trauma psikologis adalah berdasarkan gejala dan penyebabnya.

Sebelum membahas lebih jauh, kita perlu memahami apa itu trauma. Trauma merupakan perilaku emosional yang ditandai dengan ketidakmampuan melepaskan diri dari kenangan buruk pada masa lalu.

Trauma bisa terjadi karena banyak penyebab, misalnya perundungan (bullying), trauma masa kecil, physical abuse, sexual abuse, emotional abuse, bencana alam, domestic violence, kejadian mengancam nyawa, perang, dan terorisme.

Tidak semua trauma terjadi karena kasus-kasus atau kejadian parah. Trauma juga bisa terjadi karena gabungan kejadian-kejadian kecil yang kerap diabaikan. Orang yang mengalami trauma psikologis tak selalu menunjukkan gejala yang mencolok. Berikut adalah beberapa jenis trauma psikologis dengan salah satu pengklasifikasian.

Mengenal Beberapa Jenis Trauma Psikologis

1. Small T trauma

Masing-masing orang punya reaksi yang tidak sama terhadap suatu kejadian buruk. Hal tersebut bisa dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti pengalaman pribadi, tingkat toleransi atau kekuatan untuk menghadapi kesulitan, moral, dan kepercayaan. Guncangan yang cukup berat bagi seseorang bisa terasa ringan atau bahkan tidak mengguncang bagi orang lain.

Namun, kumpulan guncangan kecil bisa juga berdampak buruk bagi orang yang mengalaminya. Hal ini biasa disebut sebagai small T trauma.

Ilustrasi, pertengakaran orang tua pemicu trauma psikologis (pexels)

Penyebab trauma ini adalah kejadian di luar kemampuan diri untuk menghadapinya. Kejadiannya tidak termasuk hal yang membahayakan, tetapi berpengaruh terhadap emosional dan ketidakberdayaan korban. Beberapa hal yang bisa memicu small T trauma adalah sebagai berikut.

  • perceraian
  • penghinaan
  • masalah keuangan
  • konflik dengan teman, keluarga, atau orang terdekat
  • perselingkuhan
  • relokasi tempat tinggal
  • masalah hukum

Orang yang mengalami kejadian tersebut atau sejenisnya mungkin memilih “stay strong” dan menganggapnya sebagai hal wajar. Orang tersebut tidak sadar bahwa hal itu mungkin jadi penyebab utama trauma yang sedang dialami.

Meskipun trauma tersebut tidak terjadi akibat guncangan yang besar atau mengancam nyawa, namun hal tersebut bisa memicu stres dan ketidakstabilan emosi jika terus dipendam. Sebelum kumpulan small T trauma menguasai diri Anda dan menyebabkan risiko lebih besar, beranikan diri untuk bercerita pada orang yang tepat, misalnya keluarga, sahabat, atau psikolog.

2. Large T trauma

Sebuah trauma disebut large T trauma jika berhubungan dengan kejadian besar atau kejadian yang mengancam nyawa, seperti bencana alam, terorisme, perang, sexual assault, kecelakaan, dan sebagainya.

Orang yang mengalami hal tersebut biasanya memiliki ketidakberdayaan yang lebih terlihat dibanding penderita small T trauma. Penderita large T trauma merespon dengan perilaku isolasi yang lebih ekstrem daripada penderita small T trauma, seperti menolak panggilan orang-orang yang berstatus sama dengan pemicu trauma, membuang pakaian yang mengingatkan dengan kejadian, menghindari keramaian, dan sebagainya.

Efek yang besar memberi efek trauma yang bisa mempengaruhi aktivitas sehari-hari, memicu stres berat, dan perilaku isolasi yang cukup lama. Salah satu hal penting untuk mengatasi hal ini adalah support atau dukungan dari orang terdekat. Hal lain yang dibutuhkan adalah terapi psikologis dari pihak yang menguasai bidang tersebut.

3. PTSD

Posttraumatic stress disorder (PTSD) atau gangguan stres pascatrauma merupakan gangguan kesehatan mental yang terjadi akibat kejadian buruk. Orang dianggap memiliki PTSD jika telah didiagnosis secara official oleh DSM-5 (diagnostic and statistical manual of mental disorders) dan perlu perawatan pascatrauma. Penderita menunjukkan gejala-gejala tertentu selama sebulan atau lebih, yaitu sebagai berikut.

  • Terperangkap di kenangan buruk. Hal ini bisa berupa flashback, mimpi buruk, dan stres saat teringat kejadian pemicu.
  • Menghindari memikirkan dan situasi yang berkaitan dengan kejadian pemicu tanpa solusi pemulihan.
  • Berpikiran negatif, kehilangan semangat, dan menyalahkan diri sendiri atau orang lain.
  • Bersikap sensitif, agresif, sulit fokus, waspada berlebihan, dan mengalami gangguan tidur.

Jika Anda atau orang di sekitar Anda memiliki gejala-gejala yang berkaitan dengan trauma, jangan buru-buru menyimpulkan, tetapi segera lakukan konsultasi dengan psikolog. Itulah beberapa jenis trauma psikologis. Untuk mendapatkan info menarik lainnya, ikuti terus Era.id.