Jenis Komplikasi Persalinan dan Tindakan yang Dibutuhkan

ERA.id - Ibu hamil (bumil) perlu segera dibawa ke rumah sakit saat tanda-tanda melahirkan terasa agar persalinan bisa segera dilakukan. Namun, ada beberapa jenis komplikasi persalinan yang bisa terjadi selam proses melahirkan.

Kehamilan 9 bulan yang berjalan lancar tetap punya risiko komplikasi atau bahaya saat proses persalinan. Selain itu, ada pula kondisi-kondisi tertentu bumil yang rentan mengalami komplikasi, baik dalam persalinan normal maupun operasi caesar.

Beberapa contoh kondisi yang bisa memicu komplikasi persalinan adalah usia bumil cukup tua, usia kehamilan lebih dari 42 minggu, bumil punya kondisi medis tertentu, dan sebagainya. Berikut adalah beberapa jenis komplikasi yang mungkin dialami oleh bumil dalam persalinan.

Ilustrasi bumil konsultasi sebelum kehamilan (pexels)

Berbagai Jenis Komplikasi Persalinan Bumil

1. Emboli air ketuban

Ini adalah kondisi saat sel-sel janin, air ketuban, dan yang lainnya masuk ke dalam aliran darah ibu melalui plasenta. Kemungkinan, komplikasi ini terjadi karena terjadi kerusakan pada penghalang plasenta akibat luka.

Air ketuban masuk ke aliran darah ibu biasanya jarang menyebabkan masalah. Oleh sebab itu, emboli air ketuban termasuk tanda bahaya persalinan yang jarang terjadi.

2. Komplikasi persalinan distosia

Distosia atau persalinan macet (prolonged labor) merupakan komplikasi melahirkan saat total waktu melahirkan lama. Maksudnya adalah waktu yang digunakan sejak awal pembukaan lahiran leher rahim hingga bayi keluar lebih lama dibandingkan waktu normal.

American Pregnancy Association menyebut, persalinan disebut tidak maju jika prosesnya berlangsung selama lebih dari 20 jam untuk proses melahirkan pertama. Bagi bumil yang pernah melahirkan, persalinan dianggap tidak maju jika prosesnya lebih dari 14 jam. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menangani distosia, yaitu pemberian induksi persalinan, episiotomi (gunting vagina), tindakan forceps, dan operasi caesar.

3. Janin terlilit tali pusat

Janin di kandungan tidak selalu tenang dan diam. Janin bisa bererak dan berganti posisi sehingga berisiko terlilit tali pusatnya sendiri.

Terlilit tali pusat selama proses persalinan bisa menimbulkan komplikasi. Aliran atau pasokan darah untuk bayi bisa terganggu akibat tali pusat melilit tubuh bayi. Denyut jantung bayi berisiko menurun tiba-tiba (variable decelerations).

Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan bayi terlilit tali pusatnya sendiri, antara lain ukuran tali pusat terlalu panjang, strukturnya lemah, tidak memiliki pelindung lapisan jeli yang cukup, dan hamil (serta melahirkan) anak kembar. Jalan terbaik untuk mengatasi komplikasi ini adalah operasi caesar.

4. Cephalopelvic disproportion (CPD)

Ini adalah komplikasi saat bayi mengalami kesulitan untuk lahir melewati panggul ibu. CPD bisa terjadi karena ukuran kepala bayi terlalu besar atau panggul ibu terlalu kecil.

Panggul yang kecil bukanlah masalah jika ukuran kepala bayi tidak terlalu besar. Biasanya CPD ditangani dengan operasi caesar.

5. Prolaps tali pusat

Tali pusat berfungsi mengalirkan nutrisi dan oksigen dari ibu ke bayi di dalam kandungan. Selama proses persalinan, tali pusat kadang masuk ke leher rahim atau serviks terlebih dulu sebelum air ketuban pecah.

Tali pusat juga bisa lebih dulu keluar dibandingkan si bayi melalui vagina. Hal ini bisa menyebabkan komplikasi persalinan dan disebut dengan prolaps tali pusat.

Itulah beberapa jenis komplikasi persalinan yang perlu Anda tahu. Untuk mendapatkan informasi menarik lainnya, ikuti terus Era.id.