Houthi Yaman Bajak Kapal Diduga Milik Miliarder Israel di Laut Merah, Netanyahu: Tindakan Terorisme Iran!
ERA.id - Kelompok pemberontak Houthi Yaman mengaku telah melakukan pembajakan terhadap kapal kargo yang diduga milik miliarder Israel di Laut Merah bagian selatan. Namun tuduhan itu dibantah oleh Israel dan menyebut Iran sebagai dalang terorisme.
Pemerintah Israel menyebut pembajakan itu sebagai “peristiwa yang sangat serius di tingkat global”. Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan Israel tidak terlibat dalam kepemilikan kapal, pengoperasian atau susunan awak internasionalnya.
“Ini adalah tindakan terorisme Iran lainnya yang mewakili peningkatan permusuhan Iran terhadap warga dunia bebas, dengan konsekuensi internasional terkait keamanan rute pelayaran global,” kata kantor PM Netanyahu, dikutip Al Jazeera, Senin (20/11/2023).
“Tidak ada warga Israel di kapal itu,” tegasnya.
Militer Israel (IDF) juga membantah kapal itu milik Israel. Mereka menegaskan tidak ada warga Israel di dalam kapal tersebut.
“Pembajakan kapal kargo oleh Houthi di dekat Yaman di Laut Merah bagian selatan adalah insiden yang sangat serius dan berdampak global. Kapal tersebut berangkat dari Turki dalam perjalanan ke India, diawaki oleh warga sipil dari berbagai negara, tidak termasuk warga Israel. Itu bukan kapal Israel,” kata tentara Israel.
Sebelumnya, juru bicara militer Houthi membenarkan bahwa kelompoknya membajak kapal kargo milik Inggris yang dioperasikan Jepang di Laut Merah. Kapal itu dilaporkan sebagian milik seorang pengusaha Israel yang sedang dalam perjalanan dari Turki ke India.
"Kami telah menerima konfirmasi dari pejabat Houthu bahwa mereka membajak kapal ini. Sebelumnya hari ini (Minggu), mereka mengumumkan dimulainya operasi untuk menyerang kapal-kapal berbendara Israel. Mereka memperingatkan pelaut internasional untuk tidak bekerja di perusahaan semacam itu,” kata Mohammed al-Attab.
Diketahui kapal bernama Galaxy Leader itu membawa 22 orang, termasuk warga Bulgaria dan Filipina. Mengenai kondisi 22 orang tersebut, juru bicara militer Houthi lainnya mengatakan mereka diperlakukan sesuai dengan norma dan prinsip Islam.
“Kami memperlakukan para kru sesuai dengan norma dan prinsip Islam,” kata juru bicara militer Houthi Yaman Yahya Saree.
“Kami menegaskan kelanjutan operasi militer kami terhadap (Israel) sampai agresi dan kejahatan buruk terhadap saudara-saudara Palestina kami di Gaza dan Tepi Barat berhenti,” tegasnya.
Kelompok Houthi, yang didukung oleh Teheran, telah melancarkan beberapa serangan rudal dan pesawat tak berawak terhadap Israel sejak serangan terbaru di Jalur Gaza yang terkepung dimulai pada 7 Oktober, menewaskan lebih dari 12.300 warga Palestina, termasuk 5.000 anak-anak.
Sementara itu, pejabat pertahanan AS mengatakan aksi pembajakan itu sebagai pelanggaran yang nyata terhadap hukum internasional. AS juga menuntut pembebasan kapal kargo tersebut beserta dengan awaknya.
"Kami menuntut pembebasan segera kapal dan awaknya. Kami akan berkonsultasi dengan mitra PBB kami untuk langkah selanjutnya yang tepat," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS.
Lebih lanjut, operator kapal asal Jepang, NYK Line, mengatakan kapal tersebut tidak membawa muatan pada saat pembajakan. Anggota awaknya berasal dari Filipina, Bulgaria, Rumania, Ukraina dan Meksiko.
Jepang pada hari Senin mengutuk pembajakan tersebut. Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno mengatakan pemerintah Jepang melakukan yang terbaik untuk pembebasan awal awak kapal melalui negosiasi dengan pemberontak Houthi, selain juga berkomunikasi dengan Israel dan bekerja sama dengan pemerintah Arab Saudi, Oman dan Iran.