Reaksi Harvard University Usai Pemilk Victoria's Secret Akhiri Hubungan Demi Bela Israel
ERA.id - Pemilik bisnis Victoria's Secret, Leslie Wexner secara terang-terangan memutus hubungan dengan Harvard University karena menganggap kampus top dunia tersebut lebih berpihak kepada Palestina.
Wexner Foundation mengumumkan bahwa Harvard Kennedy School tidak lagi menjadi mitra yang kompatibel untuk organisasinya. Mereka juga menyatakan bahwa yayasan memiliki misi untuk mengembangkan dan menginspirasi pemimpin dalam komunitas Yahudi di Amerika Utara dan Israel melalui program dan investasi kepada para profesional berbakat.
Selama ini diketahui, Wexner bersama istrinya, Abigail, adalah pendiri organisasi nirlaba (nonprofit) Wexner Foundation yang menjadi salah satu donatur terbesar di Harvard University. Gurita bisnis Leslie Wexner Leslie Herbert Wexner adalah seorang miliarder Amerika, pendiri dan pemimpin Bath & Body Works, Inc.
"Kami terkejut dan muak dengan kegagalan pemimpin Harvard dalam mengambil sikap yang jelas dan tegas terhadap pembunuhan biadab terhadap warga sipil Israel yang tak bersalah," kata para pemimpin Wexner Foundation seperti dilansir dari CNN, Jumat (24/11/2023).
Selama bertahun-tahun, Wexner membangun kerajaan bisnisnya yang mencakup Victoria's Secret, Pink (Victoria's Secret untuk remaja), Bath & Body Works, Henri Bendel, The White Barn Candle Company, dan La Senza.
Disebutkan pula bahwa donatur paling berpengaruh di universitas ternama tersebut mengancam akan menghentikan pemberian dana karena kampus pidato anti-Israel dan antisemitisme. Disebutkan, beberapa pendonor besar tersebut adalah pendukung Israel.
Menanggapi kejadian ini, perwakilan dari Harvard Kennedy School merujuk pernyataan Presiden Harvard, Claudine Gay, dan dekan Kennedy School, Doug Elmendorf, yang mengatakan bahwa universitas menolak semua bentuk kekejaman dan terorisme.
"Orang-orang bertanya kepada saya di mana posisi kami. Jadi, biarkan saya menjelaskan. Universitas kami menolak terorisme, termasuk kekejaman barbar yang dilakukan oleh Hamas," kata Gay.
"Universitas kami menolak kebencian, termasuk kebencian terhadap orang Yahudi, kebencian terhadap Muslim, kebencian terhadap setiap kelompok orang berdasarkan agama, asal nasional, atau aspek identitas mereka," lanjut Gay.