Tiga Pejabat Tinggi Agen Mata-mata Korea Selatan Mengundurkan Diri, Diduga Rebutan Kekuasaan

ERA.id - Tiga pejabat tinggi intelijen Korea Selatan mengundurkan diri dari jabatannya. Pengunduran diri ini menyusul dugaan perebutan kekuasaan yang terjadi.

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol menerima pengunduran diri kepala badan intelijen dan dua wakilnya pada Minggu (26/11/2023).

Kantor Yoon tidak merinci alasan pengunduran diri tersebut. Namun media lokal melaporkan ada masalah selama perombakan personel sebelumnya di Badan Intelijen Nasional (NIS).

Kim Kyou-hyun, seorang diplomat veteran dengan keahlian dalam urusan AS dan Korea Utara, telah mengawasi NIS sejak Yoon menjabat pada Mei 2022.

Selain, Kim, Kwon Chun-taek, wakil direktur pertama dan Kim Soo-youn, wakil direktur kedua, juga mengundurkan diri.  

Direktur Kim dan Kwon ditunjuk untuk mengepalai agen mata-mata tersebut ketika pemerintahan Yoon juga menjabat pada Mei lalu. Wakil direktur kedua diangkat pada Juni 2022.

“Direktur Kim berupaya untuk menetapkan kembali status NIS sebagai badan intelijen keamanan tertinggi negara selama pergantian pemerintahan, dan membangun sistem kolaborasi dengan badan intelijen negara-negara sahabat,” kata kantor Yoon dalam sebuah pernyataan, dikutip Korea JoongAng Daily, Senin (27/11/2023).

Direktur Pertama yang baru ditunjuk, Hong Jang-won, untuk sementara akan mengepalai agensi tersebut.

Hong yang merupakan lulusan Akademi Militer Korea, pernah menjadi asisten khusus Direktur Kim dan menteri di Kedutaan Besar Korea di Inggris.  

Hwang Won-jin, yang sebelumnya memimpin upaya intelijen melawan Korea Utara, ditunjuk sebagai wakil direktur kedua.

Kantor kepresidenan menekankan bahwa kedua wakil direktur yang baru diangkat adalah spesialis intelijen internasional dan Korea Utara.  

Meskipun alasan di balik pengunduran diri pimpinan NIS tersebut belum diungkapkan, rumor mengenai perebutan kekuasaan yang sedang berlangsung di dalam badan tersebut telah beredar sejak bulan Juni.

Serangkaian pengunduran diri tersebut tampaknya terkait dengan masalah manajemen personalia yang telah terjadi di badan mata-mata tersebut sejak Juni tahun ini, menurut laporan media lokal.

Perubahan ini terjadi ketika Korea Utara mempercepat pengembangan program senjatanya dan awal pekan ini berhasil menempatkan satelit militer pertamanya ke orbit.