Imbas Konflik Berkepanjangan, Gaza Dilanda Peningkatan Penyakit Menular
ERA.id - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada pemberitahuan tren peningkatan penyakit menular di penampungan PBB di Gaza. Penyakit menular ini bahkan menyerang lebih banyak anak-anak.
Menurut data dari lembaga pengungsi Palestina PBB (UNRWA), lebih dari 1,1 juta orang mengungsi di fasilitas itu menunjukkan 'peningkatan besar-besaran' terhadap beberapa penyakit menular.
"Penyakit menular itu meliputi diare, infeksi pernapasan akut, infeksi kulit, dan kondisi yang berkaitan dengan kebersihan seperti kutu," ungkap juru bicara WHO Margaret Harris, dikutip Antara, Kamis (29/11/2023).
Pernyataan Harris mengacu pada peningkatan penyakit diare hingga 45 kali lipat dan demam berdarah hingga 14 kali lipat dibanding 2022.
"Kondisi penampungan yang buruk seperti penuh sesak dengan keterbatasan air, makanan, dan bahan bakar menjadi faktor utama peningkatan luar biasa penyakit menular ini," imbuhnya.
Dia mengatakan pada Jumat, WHO melakukan misi penilaian ke tempat penampungan UNRWA di Gaza utara.
Hasil penilaian itu menyebutkan bahwa penyakit menulai itu disebabkan oleh “kurangnya pengumpulan sampah di sekitar tempat penampungan, sangat terbatasnya akses terhadap konsultasi medis, tidak adanya obat-obatan, tidak ada vaksinasi, tidak adanya akses untuk air yang aman dan kebersihan, dan tidak ada makanan."
"Tingginya jumlah kasus diare diantara bayi-bayi juga telah dilaporkan, dan tanpa tersedianya tindakan medis bagi mereka," kata Harris, menambahkan bahwa pasien menderita kondisi kronik karena kurangnya akses untuk mendapatkan obat-obatan penting yang mereka butuhkan.
Juru bicara WHO itu juga mengatakan ada 35.000 orang yang tinggal dengan penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, diabetes, kanker, dan hipertensi.
Selain itu, Harris juga mengatakan ada 50.000 wanita hamil di Gaza dimana 5.000 diantaranya diperkirakan akan melahirkan bulan depan, dan dengan rata-rata 183 kelahiran per hari. Dua puluh dari bayi-bayi itu akan lahir dan membutuhkan perawatan khusus.
Sementara itu hampir dua pertiga rumah sakit (26 dari 36) dan dua pusat spesialis rawat jalan (Al Yaman Al Said dan Musalam Eye Center) dan 65 persen klinik layanan kesehatan primer (47 dari 72) tutup akibat kerusakan dari pertempuran atau ketiadaan bahan bakar, dia mengatakan hampir seluruh rumah sakit di Gaza utara tidak beroperasi.
Dia menambahkan bahwa hanya ada dua rumah sakit kecil yang dikelola kementerian kesehatan yang berfungsi di Jalur Gaza saat ini yang dapat menerima pasien dengan kapasitas sangat terbatas.