Turis Jerman Tewas Ditikam di Menara Eiffel, Pelaku Sempat Ngaku Pendukung ISIS dan Idap Gangguan Jiwa
ERA.id - Seorang turis asal Jerman tewas ditikam oleh warga negara Prancis di dekat Menara Eiffel. Pelaku juga melukai dua orang lainnya dengan palu saat berusaha melarikan diri dari kejaran polisi.
Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin, membenarkan insiden berdarah itu yang terjadi di Quai de Grenelle, beberapa meter dari Menara Eiffel. Menurut Darmanin, korban tewas merupakan turis Jerman yang lahir di Filipina.
"Seorang pria menyerang pasangan yang merupakan turis asing. Seorang turis Jerman yang lahir di Filipina tewas akibat penikaman tersebut," kata Gerald Darmanin, dikutip Reuters, Senin (4/12/2024).
Serangan itu dilaporkan terjadi sekitar pukul 19:00 waktu setempat, Sabtu (2/12/2023). Pelaku sempat kabur dan melukai dua orang lainnya, termasuk warga Inggris sebelum akhirnya ditangkap.
Pelaku yang berusia 26 tahun itu mengatakan kepada polisi bahwa dia marah atas situasi di Gaza. Menurut jaksa anti-terorisme, Jean-Francois Richard, pria itu sebelumnya merekam sebuah video dan berjanji setia kepada ISIS. Dia juga kecewa dengan banyaknya umat Islam yang meninggal dunia di Afgahnistan dan Palestina.
"Seorang warga negara Perancis yang ditangkap setelah serangan itu, telah berjanji setia kepada ISIS dalam sebuah video yang direkam sebelumnya," ujar Richard.
Pejabat keamanan Eropa telah memperingatkan peningkatan risiko serangan oleh militan Islam di tengah konflik Israel-Hamas, dengan ancaman terbesar kemungkinan besar berasal dari penyerang “lone wolf” yang sulit dilacak.
"Investigasi sedang dilakukan terhadap pembunuhan dan percobaan pembunuhan sehubungan dengan organisasi teroris. Tiga orang lainnya dari keluarga atau rombongan tersangka telah ditahan polisi," kata Richard.
Tersangka pada tahun 2016 sempat dijatuhi hukuman empat tahun penjara karena merencanakan serangan lain, dan telah masuk dalam daftar pengawasan dinas keamanan Prancis. Ia juga diketahui mengidap gangguan kejiwaan.
Prancis telah berada dalam kewaspadaan tinggi sejak menaikkan ambang batas keamanannya pada bulan Oktober, ketika seorang pria asal Chechnya dengan pisau membunuh seorang guru di sebuah sekolah di Prancis utara.
Serangan di pusat kota Paris terjadi kurang dari delapan bulan sebelum ibu kota Prancis menjadi tuan rumah Olimpiade dan dapat menimbulkan pertanyaan tentang keamanan di acara olahraga global tersebut.