Kasus Covid-19 di Singapura Naik Dua Kali Lipat, Sandiaga Uno: Nggak Ada Salahnya Pakai Masker Lagi

ERA.id - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengimbau masyarakat untuk kembali memakai masker selama berkegiatan. Imbauan ini menyusul lonjakan Covid-19 di Singapura yang mencapai dua kali lipat.

"Imbauan kepada masyarakat untuk berwisata di Indonesia saja, karena seperti di Singapura dan destinasi (wisata) lainnya itu ada merebak beberapa kasus penyakit. Salah satunya Singapura tentang kasus Covid yang naik sampai dua kali lipat," kata Sandiaga Uno dalam YouTube Kemenparekraf, Selasa (5/12/2023).

Lalu, kata Sandiaga, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk mencegah hal tersebut. Menurut Sandiaga, sejauh ini hal yang bisa dilakukan ialah dengan mengantisipai hal itu bisa masuk kembali ke Indonesia.

Sandiaga pun mengingatkan agar masyarakat Indonesia kembali memakai masker sebagai upaya pencegahan.

"Rasanya tidak ada salahnya kalau kita memakai masker lagi saat berada di tempat umum dan rajin mencuci tangan," imbuhnya.

Sebelumnya Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) mengungkap jumlah infeksi Covid-19 meningkat dua kali lipat dari 10.726 kasus menjadi 22.094 pada 19-25 November 2023. Meski demikian, MOH memastikan lonjakan kasus itu masih stabil.

"Rata-rata kasus rawat inap dan ICU harian akibat Covid-19 tetap stabil," kata MOH, dikutip CNA, Selasa (5/12/2023).

Peningkatan kasus ini, kata MOH, kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor seperti musim perjalanan di akhir tahun dan berkurangnya kekebalan tubuh.

Varian Omicron EG.5 atau Eris dan turunannya HK.3 dilaporkan menjadi subvarian utama yang merebak di Singapura. Kementerian melaporkan subvarian ini mendominasi kasus lebih dari 70 persen.

"Saat ini, tidak ada indikasi bahwa subvarian utama lebih mudah menular atau menyebabkan penyakit lebih parah dibandingkan varian lain yang beredar," imbuh MOH.

Sebelumnya, China melaporkan kasus penyakit pernapasan misterius 'mirip influenza' yang menyerang anak-anak sejak pertengahan Oktober.

Lonjakan itu disebabkan oleh pencabutan pembatasan Covid-19 dan peredaran patogen yang diketahui, yaitu influenza dan infeksi bakteri umum yang menyerang anak-anak, termasuk pneumonia mikoplasma.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pihak berwenang China mengatakan mereka belum mendeteksi adanya “patogen yang tidak biasa atau baru” di bagian utara negara itu.

Kementerian Kesehatan Singapura mencatat bahwa hingga saat ini, WHO menyatakan bahwa tren peningkatan penyakit pernafasan bukanlah hal yang tidak terduga karena dimulainya musim dingin.

"Tidak ada indikasi peningkatan penyakit pernapasan parah, termasuk pada anak-anak," tambahnya.

Lebih lanjut, MOH menyarankan agar masyarakat mengikuti perkembangan vaksin Covid-19 dan merekomendasikan dosis tambahan sekitar satu tahun setelah dosis vaksin terakhir, terutama para lanisa, orang yang rentan secara medis, dan orang beruisa 60 ke atas.

"Di luar kelompok ini, semua individu berusia enam bulan ke atas juga didorong untuk menerima dosis tambahan, terutama bagi petugas kesehatan dan anggota rumah tangga/pengasuh individu yang rentan secara medis," ujar MOH.

"Kemenkes terus memantau situasi global dan lokal dengan cermat. Dengan dimulainya musim puncak perjalanan ke luar negeri, Kementerian Kesehatan ingin mengingatkan semua wisatawan untuk waspada dan menerapkan tindakan pencegahan perjalanan yang relevan," pungkas MOH.