Apa Itu Noken dan Mengapa Diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda?

ERA.id - Setiap tanggal 4 Desember, dunia memperingati Hari Noken sebagai pengakuan terhadap Noken Papua sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO. Lantas apa itu noken dan apa saja filosofinya?

Noken, yang memiliki nilai kultural yang mendalam, tidak hanya menjadi simbol penting bagi Papua, tetapi juga meraih pengakuan internasional sebagai warisan yang patut dilestarikan.

Artikel ini akan menjelajahi makna, sejarah, dan signifikansi Noken Papua dalam konteks kebudayaan.

Apa Itu Noken?

Noken adalah jaring yang diikat atau tas anyaman yang dibuat secara handmade dari serat kayu atau daun oleh masyarakat di Papua dan Papua Barat, Indonesia.

Baik pria maupun wanita menggunakan noken untuk membawa hasil pertanian, hasil tangkapan dari laut atau danau, kayu bakar, bayi atau hewan kecil, serta untuk berbelanja dan menyimpan barang di rumah.

Selain itu, noken juga dapat dipakai, seringkali dalam perayaan tradisional, atau diberikan sebagai tanda perdamaian.

Secara tradisional, Noken biasa digunakan untuk membawa berbagai barang, mulai dari sayuran, hasil pertanian, hingga kayu bakar.

Terkadang, masyarakat Papua bahkan menggunakan noken untuk membawa anak-anak mereka. Saat ini, noken dapat digunakan untuk menyimpan kebutuhan pokok, serta untuk mendekorasi interior rumah.

Noken bahkan bisa digunakan untuk membawa anak (X)

Dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan pada November 2019, Ketua Yayasan Noken Papua, Titus Christoforus Pekei, mengatakan bahwa awalnya noken adalah objek yang sering dianggap remeh.

"Kita harus mengeksplorasi kembali nilai-nilai noken. Noken mengajarkan kita tentang berbagi, demokrasi, dan kebenaran," ujar Titus pada saat itu, mengutip situs web Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemudian guna berbagai nilai yang terkandung dalam noken Papua, maka kemudian diajukan sebagai warisan budaya kepada Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO.

Sementara itu, mengingat berbagai faktor yang dapat mengancam keberlanjutan noken Papua, Titus berharap bahwa museum noken di Jayapura akan segera direalisasikan.

Adana museum noken membaut dapat menjadi tempat pembelajaran masyarakat terkait dengan noken, khususnya untuk generasi muda. Tidak hanya itu, Titus berharap bahwa noken dapat menjadi konten lokal di berbagai sekolah di Papua.

Pembuatan Noken Khas Papua

Metode pembuatan Noken dapat bervariasi antara komunitas, tetapi secara umum, cabang, batang, atau kulit dari beberapa pohon kecil atau semak dipotong, dipanaskan di atas api, dan direndam dalam air.

Kemudian serat kayu yang tersisa lalu dikeringkan dan dipintal untuk membuat benang atau tali yang kuat. Dalam proses ini kadang-kadang benang juga akan diwarnai menggunakan pewarna alami.

Selanjutnya, benang noken akan diikat dengan tangan untuk membuat tas jaring dengan berbagai pola dan ukuran. Proses ini membutuhkan keterampilan pembuatan noken manual yang tinggi, kehati-hatian, dan rasa seni. Untuk menguasai cara pembuatan noken bahkan memerlukan waktu beberapa bulan.

Ironisnya, jumlah orang yang membuat dan menggunakan noken kini semakin berkurang. Terdapat beberapa faktor yang mengancam kelangsungan noken termasuk kurangnya kesadaran, melemahnya transmisi nilai tradisional, penurunan jumlah pengrajin, adanya persaingan dari tas buatan pabrik, masalah dalam memperoleh bahan baku tradisional dengan mudah dan cepat, serta pergeseran nilai budaya Noken.

Pada tahun 2012, UNESCO telah menyatakan noken sebagai warisan budaya takbenda yang memerlukan penyelamatan dari kepunahan. Sekarang, dengan dukungan dari berbagai pihak termasuk WWF-Indonesia dan pemerintah provinsi Papua sudah terdapat kemajuan besar dalam melestarikan kerajinan kuno ini.

Selain apa itu noken, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…