Mantan PM Inggris Boris Johnson Minta Maaf ke Keluarga Korban Covid-19: Saya Menyesal Atas Kehilangan dan Penderitaan Mereka
ERA.id - Mantan perdana menteri Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa dia sangat menyesal dan minta maaf atas hilangnya nyawa selama pandemi Covid-19. Permintaan maaf ini dia sampaikan ketika hadir sebagai saksi pada penyelidikan resmi mengenai penanganan pandemi di Inggris.
Boris mengatakan di awal sidang betapa senangnya dia memberikan bukti dan betapa menyesalnya dia atas penderitaan para korban dan keluarga mereka.
Namun selama sidang berjalan, sidang tersebut diganggu oleh seorang pengunjuk rasa, yang diminta pergi oleh ketua penyelidikan.
“Dapatkah saya mengatakan bahwa saya memahami perasaan para korban dan keluarga mereka, dan saya sangat menyesal atas rasa sakit dan kehilangan serta penderitaan para korban dan keluarga mereka,” kata Johnson, dikutip CNA, Kamis (7/12/2023).
Boris Johnson, yang menjabat sebagai perdana menteri selama tiga tahun antara tahun 2019 dan 2022, mengundurkan diri dengan rasa malu setelah serangkaian skandal.
Dia terlibat sejumlah skandal termasuk laporan bahwa dia, dan pejabat lainnya, hadir pada pertemuan yang dipicu oleh alkohol di Downing Street selama tahun 2020 dan 2021 ketika sebagian besar orang di Inggris terpaksa tinggal di rumah.
Penyelidikan tersebut telah mendengarkan kesaksian yang merugikan mengenai cara Johnson menangani krisis ini, termasuk klaim ketidakmampuan pemerintah, pengkhianatan dan kebencian terhadap wanita, keengganannya untuk melakukan lockdown, dan bagaimana ia dibingungkan oleh ilmu pengetahuan.
Dia dikatakan pernah bertanya apakah meniup pengering rambut ke hidungnya dapat membunuh virus.
Boris menghadapi pemeriksaan selama dua hari dalam sesi penyelidikan resmi. Penyelidikan ini menjadi yang mungkin paling emosional sejauh ini mengenai mengapa Inggris menjadi salah satu negara dengan angka kematian tertinggi di dunia selama pandemi ini.
Dia tiba di pemeriksaan lebih dari tiga jam sebelum sidang dimulai, menghindari keluarga dari beberapa orang yang meninggal karena Covid-19. Keluarga-keluarga di sana ingin mengonfrontasi Johnson atas klaim bahwa dia mengatakan kepada rekan-rekannya bahwa dia lebih suka melihat orang meninggal dalam jumlah besar daripada memerintahkan lockdown kedua.
Berbicara di luar penyelidikan, keluarga dan pengacara dari orang-orang yang kehilangan nyawa selama pandemi mengkritik Johnson dan mengangkat foto-foto kerabatnya yang terbunuh oleh virus tersebut.
Aamer Anwar, pengacara yang mewakili keluarga korban Covid-19 di Skotlandia, mengatakan Johnson mengawasi “budaya impunitas, ketidakmampuan yang mematikan” dan memperlakukan orang seperti “sampah beracun”.