PM Selandia Baru Enggan Tiru Kebijakan Inggris Soal 'Hidup Bersama Covid-19'

ERA.id - Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern enggan ikuti kebijakan 'hidup bersama Covid-19' seperti diterapkan pemerintah Inggris.

Dilansir dari The Guardian, pada Senin, (5/7/2021), Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan rencana menyudahi aturan pakai masker dan pembatasan sosial di Inggris pada 19 Juli. Ia menyadari kebijakan itu bakal menimbulkanjumlah kasus melonjak jadi 50 ribu kasus Covid-19 baru per hari.

"Sayangnya, kita juga harus membiasakan diri dengan munculnya lebih banyak kematian akibat Covid-19," kata PM Johnson.

PM Ardern, dalam konferensi pers terpisah hari Selasa lalu, mengatakan "tiap negara memiliki kebijakannya sendiri".

"Prioritas saya adalah bagaimana kami mempertahankan apa yang telah diperoleh Selandia Baru dan mempersilakan diri kami hanya beberapa pilihan, karena virus ini belum lenyap dari dunia."

Menteri yang menangani Covid-19 di New Zealand, Chris Hipkins, menyatakan bahwa negaranya tidak ingin melihat lebih banyak kematian akibat Covid-19. Ia melihat negaranya lebih ingin perubahan kebijakan ke arah 'new normal' diikuti perubahan secara pelan-pelan, bukan dramatis.

Direktur-jenderal kesehatan Selandia Baru, Ashley Bloomfield, pada Rabu menyebut bahwa negaranya sedang "mencermati secara seksama" kebijakan Inggris dan kemungkinan bakal memasukkan negara yang baru keluar dari Uni Eropa itu ke dalam daftar hitam penerbangan jika tak mampu kontrol pertambahan jumlah kasus Covid-19.

"Kami sebenarnya setiap pekan mencermati status risiko dari seluruh negara, jadi, jelas, jika ada pertambahan jumlah kasus, hal tersebut akan menjadi hal yang kami cermati," kata Ashley, dikuti pdari The Guardian.

Pada April, Selandia Baru telah melarang seluruh penerbangan dari India.

Epidemiolog dan profesor kesehatan publik Michael Baker menyebut bahwa pakar kesehatan "tersentak" dengan keputusan Inggris mempersilakan virus Covid-19 beredar tanpa terdeteksi. Ia menyebut istilah "hidup bersama Covid-19" adalah slogan tanpa makna yang gagal menyampaikan bahaya yang bakal dialami warga Inggris.

"Kita sering menerima retorika dari Eropa dan Amerika Utara, yang telah menangani pandemi dengan sangat buruk," kata dia. "Saya rasa kita tidak perlu mengikuti atau menerima (pernyataan) Boris Johnson dan berkata 'Oh, sudah saatnya kita hidup bersama Covi-19.'"

"Kita harus bersikap skeptis ketika mengambil pelajaran dari negara-negara yang secara sangat buruk telah gagal (menangani pandemi)."