Beberapa Momen Emosi Prabowo 'Si Capres Gemoy' Meladeni Argumen Ganjar dan Anies
ERA.id - Calon Presiden (Capres) nomor urut dua, Prabowo Subianto belakangan dinilai sudah banyak berubah menjadi sosok yang lebih tenang dan bersahabat. Ketua Umum Partai Gerindra itu bahkan mendapat label 'gemoy' dari kelompok generasi Z.
Namun saat mengikuti debat perdana Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 yang digelar KPU RI pada Selasa (12/12) malam, Prabowo justru terlihat emosional dan meledak-ledak sewaktu menanggapi sanggahan maupun pertanyaan dari capres nomor urut satu, Anies Baswedan dan capres nomor urut tiga, Ganjar Pranowo.
1. Tak sabar sanggah Ganjar soal penanganan konflik Papua
Prabowo sempat ditenangkan moderator saat memasuki segmen kedua debat antar capres. Berawal dari sanggahan Ganjar yang menilai konflik dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Papua perlu dengan dialog.
Sementara Prabowo menilai, penyelesaian konflik di Papua perlu dengan penegakan hukum dan penguatan aparat-aparat keamanan.
"Menurut saya, rasa-rasanya tidak cukup Pak Prabowo. Karena dialog menurut saya menjadi sesuatu yang penting agar seluruh kekuatan yang ada di sana, seluruh kelompok yang ada di sana, bisa duduk bersama untuk menyelesaikan itu. Itu menurut saya roots (akar) masalahnya," ucap Ganjar.
Setelah itu, mantan gubernur Jawa Tengah itu bertanya kepada Prabowo apakah setuju dengan idenya untuk mengedepankan dialog di Papua.
"Pertanyaan saya simple saja, apakah bapak setuju dengan model dialog yang saya tawarkan itu?" tanya Ganjar.
Usai Ganjar menyanggah, Prabowo tampak ingin langsung menjawab. Padahal belum diberi kesempatan untuk menjawab.
"Jadi gini, penyelesaian...," kata Prabowo.
"Bapak Prabowo kita tahan dulu," kata moderator.
Namun menteri pertahanan itu ngotot ingin segera menjawab.
"Saya mau jawab," kata Prabowo sambil menunjuk-nunjuk.
"Tahan dulu, pak. Waktunya bapak merespons nanti setelah mendengar tanggapan dari paslon nomor satu," ujar moderator menjelaskan.
2. Sebut Ganjar tendensius pertanyakan pelanggaran HAM 98
Dalam segmen tanya jawab antarcapres, Ganjar berkesempatan menanyai Prabowo. Mantan gubernur Jawa Tengah itu menyinggung soal 12 pelanggaran HAM berat masa lalu yang diakui pemerintah.
Dari 12 kasus pelanggaran HAM berat masa lalu itu, Ganjar bertanya apakah Prabowo mau menjalan rekomendasi DPR RI untuk membawa kasus tersebut ke pengadilan HAM ad hoc dan akan membantu keluarga korban penculikan paksa 1998 untuk menemukan kuburan para korban.
Menjawab itu, Prabowo justru memamerkan sejumlah korban penculikan paksa 1998 yang kini mendukungnya. Di antaranya yaitu Budiman Sudjatmiko dan Andi Arief. Dia mengatakan, isu HAM masa lalu selalu menjadi alat politik lima tahunan untuk menjegal dirinya.
"Nyatanya orang-orang yang dulu ditahan, tapol-tapol yang katanya saya culik, sekarang ada di pihak saya, membela saya saudara sekalian. Jadi, masalah HAM jangan dipolitisasi Mas Ganjar," ucap Prabowo.
Mendengar jawaban itu, Ganjar tampak tak puas dan menyebut bahwa Prabowo tak tegas menjawab pertanyaannya, terutama soal memebantu para keluarga korban penculikan paksa mencari kuburan anggota keluarganya yang hilang.
"Pertanyaan saya sebetulnya satu, apakah kalau bapak jadi presiden akan membuat pengadilan HAM? Kedua, apakah bapak bisa menemukan, menunjukan, membantu kepada keluarga, agar mereka bisa berziarah. Dua ini sama-sama tidak dijawab," kata Ganjar.
Kemudian Prabowo tampak emosional mendapat tanggapan tersebut. Dia menuding Ganjar terlalu tendensius menyerangnya dengan membuka kembali peristiwa penculikan pada 1998.
Alih-alih menjawab, Prabowo justru balik menyerang Ganjar dengan membawa nama Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut tiga, Mahfud MD, yang saat ini menjabat sebagai menteri koordinator bidang politik, hukum, dan keamanan.
"Loh kok dibilang saya tidak tegas? Saya tegas akan menegakan HAM. Masalah yang bapak tanyakan agak tendesius," ucap Prabowo.
"Kenapa pada saat 13 orang hilang ditanyakan kepada saya? Itu tendensius, pak. Dan wakil bapak yang mengurus selama ini. Jadi kalau memang keputusannya mengadakan pengadilan HAM, kita adakan pengadilan HAM, enggak ada masalah," tegasnya.
3. Nada tinggi hingga mimik wajah meledek Anies
Suasana debat Pilpres 2024 memanas ketika Prabowo dan Anies saling berhadapan. Awalnya Anies hanya menjawab pertanyaan dari panelis terkait pembenahan partai politik.
Mantan gubernur DKI Jakarta itu menilai perlu adanya kebebasan pendapat dan oposisi untuk memulihkan kepercayaan publik terhadap demokrasi dan partai politik.
Namun pernyataan Anies itu justru ditanggapi secara emosional oleh Prabowo. Menteri Pertahanan itu bahkan sampai menyinggung perannya mengusung Anies sebagai calon gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2017 lalu.
"Mas Anies agak berlebihan. Mas Anies mengeluh tentang demokrasi ini dan itu. Mas Anies jadi gubernur DKI, menghadapi pemerintah yang berkuasa, saya yang mengusung bapak," kata Prabowo sambil menunjuk-nunjuk Anies.
Tak sampai di situ, dia juga mengungkit saat mengusung Anies sebagai cagub DKI, posisinya adalah sebagai oposisi. Dia pun menyindir Anies bahwa yang dilakukannya itu merupakan bukti bahwa demokrasi berjalan.
"Kalau Jokowi diktaktor, Anda tidak menjadi gubernur. Saya waktu itu oposisi, Anda ke rumah saya, kita oposisi, Anda terpilih," kata Prabowo dengan nada tinggi.
Merespons itu, Anies menyebut bahwa oposisi penting dan terhormat. Sayangnya, tidak semua tahan untuk berada menjadi oposisi.
"Seperti disampaikan Pak Prabowo, Pak Prabowo tidak tahan menjadi oposisi," ucap Anies.
"Apa yang terjadi beliau sendiri menyampaikan ketika tidak berada dalam kekuasaan membuat tidak bisa berbisnis, tidak bisa berusaha, maka harus dalam kekuasaan," sambungnya.
Di sinilah, wajah Prabowo tampak meledek ke arah Anies. Prabowo seperti memajukan bibirnya sambil senyum-senyum kecil alias manyun.
4. Prabowo emosional saat Anies singgung putusan MK
Debat panas antara Prabowo dan Anies masih berlanjut ketika mantan menteri pendidikan dan kebudayaan itu menyinggung soal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait batas usia capres-cawapres.
Anies secara lugas bertanya kepada Prabowo terkait perasannya saat putusan MK itu yang belakangan berubah menjadi skandal. Sebab, cawapres pendamping Prabowo yaitu Gibran Rakabuming Raka diuntungkan dengan putusan tersebut.
Awalnya Prabowo merespons dengan cukup santai. Dia menegaskan bahwa putusan MK tidak cacat hukum dan dianggap final dan mengikat. Prabowo mengaku hanya melaksanakannya saja.
Namun, nada Prabowo semakin meninggi. Prabowo mengatakan, Anies bukan lagi anak kecil. Anies merespon hanya dengan senyuman.
"Dan kita ini bukan anak kecil Mas Anies, ya. Anda juga paham ya. Sudah lah, ya," kata Prabowo.
Mantan Danjen Kopassus ini menyerahkan kepada rakyat yang nanti akan memilih. Kalau tidak suka, rakyat tidak perlu memilihnya saat pencoblosan.
"Sekarang begini, intinya rakyat putuskan, rakyat yang menilai. Kalau rakyat tidak suka Prabowo dan Gibran, enggak usah pilih kami saudara-saudara sekalian," katanya.
Prabowo semakin emosional dan nadanya meninggi. Dia sampai memberikan gestur menunjuk-nunjuk ke Anies.
"Dan saya tidak takut tidak punya jabatan Mas Anies. Sorry ye. Sorry ye," kata Prabowo. Terlihat, Gibran di belakangnya sampai berdiri dan mengangkat-angkat tangannya ke arah para pendukungnya.