Serba-Serbi Blunder Capres-Cawapres: dari Anti Buzzer, Ndasmu Etik, hingga Istri Tidak Baik
ERA.id - Kita boleh berbeda pilihan politik, tetapi satu hal yang pasti, kita tak bisa memungkiri postulat tiada manusia yang sempurna, termasuk jago-jago kita di pemilihan umum (pemilu) mendatang.
Menghitung mundur hari-hari menjelang coblosan, para calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) makin rutin menyapa masyarakat, makin sering disorot, dan secara otomatis kesalahan-kesalahan mereka makin kentara terlihat.
Beberapa blunder dari capres-cawapres menjelang 2024 kami rangkum di sini:
Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar
Pasangan calon (paslon) capres-cawapres nomor urut 1, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) sering dianggap paling mewakili suara intelektual. Kampanye mereka misalnya mengundang anak-anak muda untuk berdiskusi di beberapa kota–model kampanye yang jarang dipakai calon-calon lain. Anies punya acara “Desak Anies” dan Muhaimin memakai judul “Slepet Imin”.
Dalam debat pertama capres kemarin, keunggulan Anies di panggung debat publik diakui langsung oleh eks Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy yang notabene mendukung kubu lawan, Ganjar Pranowo. Itu bisa dimaklumi mengingat latar belakang Anies di dunia akademis. Baginya, panggung debat dan diskusi menjadi makanan sehari-hari.
Sayangnya, itu juga yang sesekali menjadi batu sandungan Anies. Kepiawaiannya beretorika dianggap jauh panggang dari api, sulit dijangkau rata-rata masyarakat awam. Usai debat sebelumnya saja, banyak potongan video Anies soal “angin tak punya KTP” tersebar di TikTok dan jadi bahan olok-olok netizen karena dianggap omong kosong.
Namun, bagi saya pribadi itu tak jadi soal. Menurut saya yang blunder dari Anies adalah pernyataannya soal buzzer. Sebelumnya ia mengaku tak pernah memakai buzzer dalam kontestasi politik, mulai dari pemilihan gubernur (pilgub) DKI Jakarta yang ia menangkan hingga pemilu mendatang.
“Kalau pakai buzzer enggak babak belur kayak begini kemaren itu, karena justru kita apa adanya, enggak pakai buzzer, enggak pakai itu semua, maka natural," kata Anies saat bertemu PWI Pusat, Jumat (1/12/2023).
"Itu kami enggak pakai buzzer ketika bertugas di Jakarta, jadi kami merasa ke depan juga insyaallah enggak akan dipakai," lanjutnya.
Pernyataan ini kontan banyak disangsikan netizen. Saya pribadi pernah melihat buku pemenangan AMIN dari tim kampanye mereka yang mencantumkan penggunaan buzzer sebagai salah satu strategi pemenangan.
Di media sosial, berdasarkan hasil penelusuran, beberapa akun tampak melakukan pembelaan dan menyuarakan dukungan terhadap paslon Anies-Muhaimin secara rutin, misalnya akun X @BangPino__, @ekowboy2, @marlina_idha dan beberapa akun bot yang baru muncul menjelang pemilu.
Pengamat politik Dedi Kurnia Syah mengatakan, secara teknis semua kelompok mungkin memiliki buzzer dengan fungsi berbeda. Di satu sisi mereka melakukan propaganda murni, di sisi lain untuk kontra propaganda lawan.
“Bisa saja Anies gunakan Buzzer untuk hadapi serangan lawan. Dan memungkinkan Anies tidak terlibat langsung, hal ini bisa dilihat bagaimana ketika Anies menjadi pemenang,” kata Dedi, Ahad (3/12/2023).
Maka dari itu, menurut saya, pengakuan Anies tidak memakai buzzer dan penegasannya untuk tidak memakai tangan mereka ke depan adalah blunder. Sewaktu-waktu, pernyataan itu bisa balik menyerangnya ketika terbukti kubunya menggunakan buzzer.
Selain itu, cawapres Muhaimin beberapa kali mengumbar janji-janji bombastis. Terbaru, ia bilang bakal langsung memberantas pinjaman online (pinjol) dan judi online (judol) setelah dilantik.
“Mas Anies dan saya, kalau menang, pagi harinya dilantik, sore langsung memberantas semua pinjaman online ilegal," ucapnya Muhaimin di hadapan ratusan guru ngaji Majelis Taklim se-Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (18/12/2023) dilansir dari Antara.
Sebelumnya, janji-janji kampanye Muhaimin juga sempat disorot, mulai dari BBM gratis (yang kemudian diklarifikasi) hingga memerdekakan Palestina.
Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka
Paslon capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mungkin jadi yang paling kontroversial di antara ketiga pasang kontestan. Pencalonan Gibran yang merupakan putra sulung Presiden Joko Widodo diterpa isu intervensi penguasa dan manipulasi hukum di Mahkamah Konstitusi (MK).
Bagaimana pun, dengan segala kontroversi yang beredar, Prabowo mantab memilih Gibran untuk mendampinginya. Berdua mereka melenggang sebagai paslon dengan persona gemoy dan santuy.
“Diejek? Difitnah? Dijelekin? Jogetin aja,” begitu bunyi salah satu poster kampanye Prabowo yang saya lewati di jalan tol.
Dalam berbagai kesempatan, Prabowo acap kali menampilkan joget khasnya—jauh dari gambaran latar belakang militernya yang tegas dan kaku. Sayang sekali narasi gemoy yang ia bangun makin keteteran sepanjang perjalanan. Lebih-lebih usai debat pertama capres kemarin.
Boleh dikata Anies dan Ganjar sama-sama menyerang Prabowo dalam debat di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) tersebut. Serangan dari dua penjuru itu sukses menarik kembali sisi emosional Prabowo hingga kelimpungan menjawabnya.
Waktu dicecar soal putusan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) yang menilai putusan MK terkait batas usia minimal capres dan cawapres bermasalah secara etik, jawaban dan gestur Prabowo justru tampak mengiyakan asumsi publik akan intervensi penguasa.
“Aturan sudah jelas, kita bukan anak kecil, rakyat pandai, rakyat tahu, rakyat lihat, Mas Ganjar. Kita tahu bagaimana prosesnya, yang intervensi siapa,” ujar Prabowo menanggapi pertanyaan Ganjar.
Sialnya lagi, beberapa hari pasca debat, beredar video di media sosial yang menampilkan Prabowo menyinggung soal isi debat tersebut. Di hadapan ratusan kader Partai Gerindra, Prabowo tampak berkelakar soal pertanyaan Anies yang menyinggung bagaimana perasaannya soal pelanggaran kode etik hakim MK.
"Bagaimana perasaan Mas Prabowo soal etik? Etik, etik, etik. Ndasmu etik," kata Prabowo di tengah Rakornas Partai Gerindra dan disambut tepuk tangan peserta.
Imbasnya, Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran harus memberikan klarifikasi sana-sini soal candaan “ndasmu etik”. Terbaru, Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengklaim penyebar video Prabowo bukan kader Gerindra.
“Kita itu biasa bercanda-canda, terbuka, tuh nggak ada jaim-jaim kalau di internal,” ujar Dasco di SICC, Sentul, dikutip Selasa (19/12/2023).
Sementara itu, sikap Gibran saat debat capres pertama juga menuai banyak kritikan. Wali Kota Solo itu terekam kamera sedang mengompori pendukungnya saat Prabowo dicecar pertanyaan soal putusan MK.
Menjelang debat cawapres Jumat (22/12/2023) depan, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan panelis debat capres pertama, Gun Gun Heryanto meminta capres tidak menunjukkan gestur provokasi ke penonton.
"Besok kan debat cawapres. Artinya capres pasangannya jangan menstimulasi dengan gestur yang kira-kira bisa memprovokasi atau cenderung tidak simpatik," kata Gun Gun pada diskusi tentang "Peran Media dalam Menyukseskan Pemilu 2024" di Bogor, Selasa (19/12/2023).
Sebelumnya, Gibran pun sering dikritik karena irit bicara dan cenderung menghindari pertanyaan masyarakat. Ia juga sempat keselip lidah saat memaparkan programnya untuk ibu hamil. Ia salah mengucap “asam folat” dengan “asam sulfat” dan berakhir jadi bahan olok-olok netizen.
Ganjar Pranowo-Mahfud MD
Pasca penetapan peserta Pilpres 2024 oleh KPU, paslon nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD saya nilai cenderung minim blunder. Sebelumnya, usai Prabowo menggaet Gibran, Ganjar memang beberapa kali menyinggung manuver politik Jokowi. Namun, belakangan ia lebih banyak fokus membicarakan program dan visi misinya ke depan.
Pilihan tersebut wajar melihat elektabilitasnya yang kian menurun. Survei Litbang Kompas Desember 2023 memposisikan Ganjar-Mahfud paling buncit dari ketiga paslon, dengan elektabilitas hanya 15,3 persen. Sementara Anies-Muhaimin menyalip mereka dengan elektabilitas 16,7 persen dan Prabowo-Gibran kukuh di puncak dengan perolehan elektabilitas 39,3 persen.
Menurut catatan saya, blunder Ganjar terjadi sewaktu ia belum meminang Mahfud jadi pasangannya, di mana ia sempat mendiskreditkan profesi wartawan di panggung umum.
Capres dari PDI Perjuangan itu dianggap meremehkan pekerjaan jurnalis saat diwawancara Najwa Shihab dalam acara Mata Najwa yang berlangsung di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta pada September lalu.
“Sepuluh besar lulusan terbaik itu jadi dosen, iya dong, masa jadi MC?" ucap mantan Gubernur Jawa Tengah tersebut.
Najwa yang tidak terima disebut MC segera menyanggah narasumbernya. "Siapa Mas, MC? Saya jurnalis, bukan MC," jawab Najwa yang membuat Ganjar agak kikuk.
"Jurnalis profesi yang membanggakan lho, Mas," lanjut Najwa.
Setelah momen itu, rasanya belum ada blunder yang berarti dari Ganjar. Sayangnya, dalam debat capres kemarin, penampilannya tertutupi permainan agresif Anies dan gimik Prabowo.
Adapun Mahfud baru saja blunder saat menyinggung ada andil istri dalam korupsi pejabat. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) itu menyebut banyak suami terjerat kasus tindak pidana korupsi karena tuntutan istri saat menghadiri acara Halaqoh Kebangsaan di Padang, Sumatera Barat, minggu (17/12/2023). Acara tersebut dihadiri banyak ibu-ibu karena dibarengi Pelantikan Majelis Dzikir Al Wasilah.
"Di dalam banyak kasus, suami-suami yang terjerumus kasus korupsi karena istrinya tidak baik. Gajinya Rp20 juta belanjanya Rp50 juta. Terpaksa ngutip sana, ngutip sini," kata Mahfud dalam keterangannya, Senin (18/12/2023).
Mahfud menegaskan perempuan bertugas memajukan negara dan bangsa dengan menjadi ibu dan istri yang baik. Selain itu, mereka berperan mendorong suami selalu berbuat baik di tempat kerja.