Sering Ditanya soal Pembangunan IKN Jika Jadi Presiden, Anies Baswedan: Itu Kebutuhan atau Keinginan?

ERA.id - Calon Presiden (Capres) nomor urut satu, Anies Baswedan mempertanyakan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) apakah suatu keinginan atau kebutuhan. Menurutnya, kedua hal itu memiliki penyelesaian yang berbeda.

Hal itu menjawab pertanyaan yang dilontarkan saat dia menghadiri acara Christmas Dinner dan pembukaan Safarri Natal AMIN (Anies-Muhaimin) di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (20/12/2023).

"Perasaan saya sering sekali ditanta IKN ini, ada yang mau pindah ke Nusantara di siini? Belum ada yang mau pindah? Jadi begini, saya membedakan antara keinginan dan kebutuhan," kata Anies.

"Kita punya banyak keinginan, pertanyaannya, apakah keinginan kita adalah kebutuhan?" imbuhnya.

Dia lantas menyinggung bahwa pemerintah memiliki sumber daya uang yang terbatas. Menurutnya uang dimiliki negara sebaiknya digunakan untuk memenuhi kebutuhan, bukan keinginan.

Apabila IKN dinilai sebagai sebuah kebutuhan, maka tak masalah mengalokaskan anggaran untuk pembangunannya. Sebaliknya, jika hanya sebagai keingnan sebaiknya anggaran bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang lainnya.

"Apakah membangun satu kota baru itu kebutuhan? Pertanyaannya monggo kita jawab. Kalau itu dianggap kebutuhan mari kita alokasikan, tapi kalau itu keinginan, menurut saya yang harus kita teruskan kebutuhan kita dulu," ucapnya.

Dia lantas mengkritik, bagaimana banyak kebutuhan di Pulau Kalimantan yang terabaikan. Misalnya seperti infrastruktur jalanan dan pendidikan.

Mantan gubernur DKI Jakarta itu menegaskan, tak ada yang salah dengan ide memindahkan ibu kota negara, namun jangan sampai mengabaikan kebutuhan mendasar.

"Gagasan tentang ibu kota sebagai sebuah keinginan itu sah, tapi ketika kita punya kebutuhan yang kebutuhan itu belum bisa dipenuhi karena kendala anggaran sebaiknya kebutuhan-kebutuhan itu dituntaskan dulu baru menyelesaikan sebuah keinginan," ucapnya.

Selain itu, dia menilai, IKN bukan lah solusi untuk mengatasi permasalahan di Jakarta. Menurutnya, pemerintah sebaiknya fokus saja menyelesaiakan masalah di Jakarta.

"Masalah di Jakarta tidak akan selesai kalau statusnya tidak ibu kota. Tidak akan. Karena masalah di sini harus diselesaikan, justru menurut kami ini kesempatan Jakarta menuntaskan," ucapnya.

Dia lantas mencontohan Kota Tokyo yang menjadi ibu kota negara Jepang. Menurutnya, Tokyo dan Jakarta punya masalah yang sama, yaitu dianggap sebagai kota yang hampir tenggelam.

Namun, pemerintah Jepang tak pernah memindahkan ibu kota negaranya. Sebaliknya justru menggelontorkan anggaran untuk mengatasi permasalahan di Tokyo.

"Saya beri contoh, Jakarta disebut sebagai kota yang tenggelam atau sinking city. Tokyo itu juga disebut sebagai kota yang tenggelam. Apakah sekarang masih disebut begitu? Tidak. Bila ada kemauan alokasi sumber daya, bisa itu diselesaikan," pungkasnya.