Mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra Bebas Bersyarat Atas Kasus Penyalahgunaan Kekuasaan

ERA.id - Mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra menerima pembebasan bersyarat setelah enam bulan dipenjara. Dia dinyatakan bebas bersyarat atas kasus penghinaan.

Perdana Menteri Srettha Thavisin mengumumkan pembebasan bersyarat untuk Thaksin, tokoh politik kelas berat sekaligus perdana menteri paling terkenal di Thailand. Pembebasan bersyarat itu disebut sesuai dengan peraturan departemen pemasyarakatan.

"Resmi bahwa dia menerima pembebasan bersyarat. Hal ini sejalan dengan peraturan departemen pemasyarakatan," kata Perdana Menteri Srettha Thavisin, dikutip AFP, Selasa (13/2/2024).

"Thaksin adalah perdana menteri selama bertahun-tahun dan telah melakukan banyak hal baik bagi negara dalam jangka waktu yang lama. Setelah dia keluar, dia akan menjadi warga negara biasa," sambungnya.

Thaksin, mantan polisi dan raja telekomunikasi yang menjadi pusat pertikaian selama dua dekade untuk mendapatkan kekuasaan di Thailand, termasuk dalam daftar 930 tahanan yang dianggap lanjut usia atau sakit dan disetujui untuk pembebasan bersyarat.

Dia bisa dibebaskan setelah 18 Februari, sesuai dengan peraturan departemen pemasyarakatan. Meskipun diberikan pembebasan bersyarat, mantan pemimpin tersebut masih bisa ditahan, karena jaksa penuntut umum mempertimbangkan untuk menuntutnya karena menghina monarki dalam wawancara tahun 2015.

Thaksin pulang ke Thailand setelah 15 tahun kabur dan mengasingkan diri di luar negeri demi menghindari penjara karena konflik kepentingan. Dia dijatuhi hukuman delapan tahun penjara atas kasus korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.

Akan tetapi hukumannya diringankan menjadi satu tahun oleh Raja Maha Vajiralongkorn.

Pada malam pertamanya di penjara, Thaksin dipindahkan ke rumah sakit polisi, dan dokter mengatakan dia mengalami sesak di dada dan tekanan darah tinggi. Dia tidak pernah mendekam di penjara satu hari pun sejak dijatuhi hukuman.

Kembalinya Thaksin tahun lalu bertepatan dengan terpilihnya sekutu sekaligus pendatang baru di bidang politik, Srettha, sebagai perdana menteri pada hari yang sama. Hal ini menambah spekulasi bahwa kedua perkembangan tersebut merupakan bagian dari kesepakatan di balik layar antara Thaksin dan musuh-musuh kuatnya di kalangan militer royalis Thailand.