Pelukan Bisa Bantu Redakan Stres, Ini Faktanya
ERA.id - Saat ini, ada banyak cara untuk mengatasi stres. Salah satunya dengan memberikan pelukan. Meski pun banyak ulasan yang membahas tentang efek psikologis dari pelukan dalam mengatasi stres, tapi tidak banyak diketahui bagaimana pelukan bisa memengaruhi respons stres di tubuh.
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam International Journal of Environmental Research and Public Health berfokus pada penyelidikan dasar biopsikologis bagaimana pelukan mengatur stres (Romney dan rekan, 2023).
Pada studi itu, tim peneliti yang dipimpin oleh ilmuwan Chelsea E. Romney dari Departemen Psikologi di Brigham Young University di Provo, Utah, menggunakan teknik yang disebut ecological momentary assessment (EMA) untuk bertanya kepada relawan tentang kebiasaan memeluk seseorang.
Secara keseluruhan, 112 mahasiswa relawan untuk berpartisipasi dalam studi itu untuk menilai kebiasaan memeluk, para ilmuwan mengirimkan lima pesan teks yang bertanya tentang apakah mereka memeluk atau tidak dalam slot waktu tiga jam pada tiga hari yang berbeda.
Setiap relawan memberikan informasi tentang kebiasaan memeluk pada maksimum 15 kesempatan.
Selain itu, relawan diberi pengambilan sampel dan instruksi untuk memberikan sampel saliva yang mengukur hormon stres. Hal ini dilakukan segera setelah bangun tidur dan 30 menit kemudian.
Lalu, apa yang ditemukan para peneliti? Mereka menggunakan sampel saliva untuk menentukan tingkat kortisol. Kortisol adalah salah satu hormon stres yang paling penting pada manusia.
Dengan membandingkan sampel saliva yang diambil segera setelah relawan bangun tidur dengan sampel saliva yang diambil 30 menit kemudian, respons terhadap peningkatan kortisol (cortisol awakening response atau CAR) ditentukan.
Kortisol tidak dilepaskan secara merata sepanjang hari 24 jam, tetapi biasanya memiliki tingkat rendah di malam hari yang naik dengan cepat di pagi hari, itulah mengapa ilmuwan sering mengukurnya di pagi hari.
Dalam studi ini, para ilmuwan menemukan hubungan menarik antara frekuensi memeluk dan CAR. Sebagian besar relawan melaporkan, mereka telah memeluk sekitar 15 persen dari interval tiga jam di mana data dikumpulkan dalam studi.
Relawan yang merasakan dan melakukan lebih banyak berpelukan, dalam EMA menunjukkan CAR yang secara signifikan lebih rendah keesokan paginya dibandingkan dengan orang yang melaporkan lebih sedikit pelukan.
Efek ini juga tetap stabil ketika ilmuwan secara statistik mengontrol jenis kelamin biologis dan rata-rata jumlah pelukan seseorang.
Dengan demikian, pelukan mengurangi tingkat hormon stres keesokan paginya. Para ilmuwan menyarankan bahwa pelukan dapat bertindak sebagai sinyal keamanan biologis.
Mengutip Antara, seseorang yang sering dipeluk mungkin mengalami tingkat stres yang lebih rendah keesokan harinya.