Mengenal Panggilan Gus Ditinjau dari Aspek Sosio Kultural Masyarakat Jawa
ERA.id - Di berbagai daerah di Indonesia, khususnya di Jawa, terdapat panggilan "Gus" yang disematkan kepada laki-laki. Panggilan ini tidak hanya sekadar sapaan, tetapi juga mengandung makna dan tradisi yang menarik untuk ditelusuri. Untuk itu, mari mengenal panggilan Gus lebih dalam.
Artikel ini akan membahas asal-usul panggilan "Gus", penggunaannya dalam masyarakat, dan makna di baliknya.
Mengenal Panggilan Gus
Dilansir dari NU Online, Gus Hans, Pengasuh Pesantren Asrama Queen Darul Ulum Rejoso, Peterongan, Jombang, memberikan penjelasan tentang definisi "Gus". Menurutnya, Gus adalah sebutan yang khusus diberikan kepada putra seorang kiai.
Jika seseorang yang bukan putra kiai dipanggil "Gus", maka Gus Hans menyebutnya sebagai "Gus jadi-jadian" atau "Gus naturalisasi", baik itu diciptakan oleh media ataupun panggilan seenaknya dari para pengikut atau pengagumnya.
Gus Hans juga menekankan bahwa tidak semua orang yang dipanggil "Gus" harus alim dalam bidang agama. Namun, beliau menyayangkan jika panggilan "Gus" dimanfaatkan untuk menipu atau mencari keuntungan materi.
Kesimpulannya, "Gus" adalah panggilan yang memiliki makna dan tradisi yang kaya. Panggilan ini tidak boleh disepelekan dan harus digunakan dengan bertanggung jawab.
Gelar "Gus" merupakan sebuah konstruksi sosial yang kompleks dan kaya makna. Di Jawa, "Gus" umumnya merujuk pada anak laki-laki seorang kiai atau pemuka agama Islam. Namun, seiring perkembangan zaman, penggunaannya meluas dan tidak lagi terikat pada garis keturunan.
Istilah "Gus" sendiri diyakini berasal dari kata "bagus" yang kemudian mengalami akulturasi dengan budaya Jawa.
Panggilan “Gus” dari Aspek Sosial dan Kultur Masyarakat
Kata "bagus" disematkan sebagai bentuk penghormatan kepada keturunan kiai yang diharapkan memiliki akhlak mulia dan pengetahuan agama yang luas.
Sementara itu, terdapat tingkatan dan makna dalam memahami panggilan Gus. Secara sosio-kultural, terdapat tiga tingkatan dalam memahami gelar "Gus":
1. Gus Nasab
Merujuk pada individu yang memiliki garis keturunan kiai, baik dari ayah maupun ibu.
Biasanya dibesarkan dalam lingkungan pesantren dan terdidik dengan nilai-nilai agama yang kuat. Gus Nasab juga dianggap sebagai pewaris tradisi dan teladan bagi santri dan masyarakat.
Sebagai contoh, Gus Yahya Cholil Staquf, Katib Aam PBNU, yang merupakan cucu dari KH. Wahab Chasbullah, salah satu pendiri NU.
Contoh lainnya adalah Gus Bahaudin Nursalim (Gus Baha), pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA, yang juga merupakan putra dari KH. Nursalim Falak.
2. Gus Nasib
Sebutan Gus secara Nasib diberikan kepada individu yang diakui atas keilmuan agamanya yang tinggi, meskipun bukan keturunan kiai.
Gus Nasib biasanya telah menempuh pendidikan agama di pesantren selama bertahun-tahun dan memiliki keahlian khusus dalam bidang ilmu agama tertentu.
Dengan demikian seseorang yang mendapatkan gelar Gus ini telah mendapat penghormatan dan kepercayaan dari masyarakat karena keilmuannya.
Sebagai contoh, ada Gus Ulil Abshar Abdalla, budayawan dan cendekiawan muslim, tidak memiliki garis keturunan kiai, namun dikenal luas karena keilmuannya.
Contoh lainnya ada Gus Muwafiq, penceramah dan motivator, yang diangkat menjadi "Gus" karena keilmuannya dan kiprahnya dalam dakwah.
3. Gus Nusub
Kategori ini adalah individu yang secara sengaja mencari pengakuan sebagai "Gus" tanpa memiliki basis keilmuan yang memadai.
Biasanya orang yang menggunakan gelar "Gus" untuk meningkatkan status sosial atau menarik keuntungan pribadi. Selain itu, Gus dari golongan ini juga tidak mendapatkan pengakuan dan legitimasi dari masyarakat karena tidak memiliki kualifikasi yang sesuai.
Contohnya adalah individu yang mendeklarasikan diri sebagai "Gus" tanpa memiliki latar belakang pesantren atau keilmuan agama yang memadai. Selain itu adalah individu yang menggunakan gelar "Gus" untuk kepentingan politik atau ekonomi.
Selain mengenal panggilan gus, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…