Ganjar Singgung Cita-cita Reformasi di Sidang MK: Demokrasi Bisa Dinodai Mereka yang Hanya Peduli Kekuasaan
ERA.id - Calon Presiden Ganjar Pranowo ingin agar semua orang selalu mengingat pengorbanan dan cita-cita pejuang reformasi. Ia ingin agar semangat para pejuang reformasi tetap ada di hati.
"Tugas besar kita hari ini adalah meneguhkan diri dan bersumpah kepada diri sendiri bahwa kematian mereka berjuang demi reformasi, bukanlah kematian sia-sia," kata Ganjar di kantor MK, Jakarta, Rabu (27/3/2024).
Menurutnya, penting untuk selalu merawat ingatan bahwa ada harga yang harus dibayar untuk memperjuangkan tegaknya demokrasi di negara ini. Lalu juga ada tanggungjawab yang melekat pada setiap generasi, untuk mewariskan keteladanan yang luhur kepada generasi mendatang.
"Kita selalu ingat bahwa demokrasi bisa dinodai oleh mereka yang hanya mempedulikan kekuasaan dan mendahulukan kepentingan pribadi. Dan kita selalu ingat bahwa apa yang harus kita lakukan ketika situasi menghendaki, kita melakukan sesuatu," kata Ganjar.
Ia menegaskan reformasi bukanlah sesuatu yang didapatkan cuma-cuma. Sebab, kerabat dan sahabat telah menjadi korban. Bahkan mereka harus rela kehilangan mereka selamanya.
"Mereka mengikhlaskan hidup mereka, agar negara ini benar-benar dijalankan dengan rasa hormat setinggi-tingginya kepada seluruh warga negara kepada pemerintahan yang mampu memikul amanat proklamasi," kata Ganjar.
Ganjar menilai hanya setelah reformasi rakyat bisa menikmati kebebasan menyuarakan pendapat. Hanya setelah reformasi rakyat menikmati demokrasi yang lebih bebas, dan terbuka. Dan hanya setelah reformasi seluruh warga negara mendapatkan hak mereka untuk memilih pemimpin yang mereka percayai.
"Dan hanya setelah reformasi, kita bisa menegaskan aturan bahwa periode kepemimpinan harus dibatasi. Karena itu kita akan selalu menghormati mereka yang telah merelakan hidup demi memperjuangkan reformasi," kata Ganjar.
Ia menambahkan sebagian dari kita mungkin melupakam pengorbanan mereka. Melupakan air mata dan kepedihan keluarga-keluarga yang kehilangan orang-orang yang mereka cintai.
"Dan melupakan semangat yang mendasari gerakan reformasi 25 tahun yang lalu," katanya.