Ogah Berhubungan dengan Pelaku Genosida, Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel
ERA.id - Kolombia memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel menyusul tindakan genosida di Gaza. Pemutusan hubungan diplomatik ini disambut kemarahan oleh Menteri Luar Negeri Israel.
Presiden Kolombia Gustavo Petro mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Israel pada Rabu (1/5/2024) waktu setempat. Dalam pengumumannya, Petro menyebut Presiden Israel sudah melakukan genosida di Gaza.
"Di sini, di hadapan Anda, pemerintahan perubahan, presiden republik ini mengumumkan bahwa besok kami akan memutuskan hubungan diplomatik dengan negara Israel karena memiliki pemerintahan, karena memiliki presiden yang melakukan genosida,” kata Petro, dikutip Reuters, Kamis (2/5/2024).
Menanggapi pemutusan hubungan diplomatik itu, Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz menuduh Petro sebagai presiden antisemit dan penuh kebencian. Katz mengatakan keputusan Petro itu seolah memberi hadiah untuk Hamas.
“Sejarah akan mengingat bahwa Gustavo Petro memutuskan untuk berdiri di samping monster paling keji yang pernah ada dalam sejarah, yang membakar bayi, membunuh anak-anak, memperkosa wanita, dan menculik warga sipil tak berdosa,” tulis Katz di X.
“Hubungan antara Kolombia dan Israel selalu hangat dan tidak ada presiden antisemit yang penuh kebencian yang dapat mengubahnya," sambung Katz.
Petro telah berulang kali mengecam tindakan Israel di Gaza, menolak untuk mengutuk serangan gencar Hamas pada tanggal 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan 253 orang disandera, kebanyakan warga sipil. Hanya tiga hari setelah pembantaian itu, dia menyamakan pejabat tinggi Israel dengan Nazi Jerman.
Langkah ini akan mengakhiri hubungan tujuh dekade yang secara historis merupakan salah satu hubungan paling dekat dengan Israel di Amerika Latin, yang selama bertahun-tahun didukung oleh penjualan senjata yang kuat ke Bogota, menjadikannya salah satu penyedia senjata utama bagi militer Kolombia.
Israel menghentikan ekspor keamanan ke Kolombia setelah Petro menuduh Menteri Pertahanan Yoav Gallant menggunakan bahasa yang mirip dengan apa yang “dikatakan Nazi terhadap orang Yahudi” mengenai warga Gaza tidak lama setelah tanggal 7 Oktober. Bogota kemudian memerintahkan utusan Israel untuk pergi.
Pernyataan Petro tentang kesamaan Israel dan Nazi itu sudah dia ucapkan jauh sebelum terpilih sebagai presiden tahun lalu.
Pada bulan Maret, Petro mengancam akan memutuskan hubungan jika Israel tidak mematuhi resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera di Gaza, sehingga memicu lebih banyak teguran dari Yerusalem.
Angkatan bersenjata Kolombia, yang terlibat dalam konflik selama puluhan tahun dengan gerilyawan sayap kiri, paramiliter sayap kanan, dan kartel narkoba, telah lama mengandalkan senjata dan pesawat buatan Israel.
Negara ini memiliki sejarah hubungan diplomatik dan militer yang kuat dengan Israel dan Amerika Serikat. Mereka menjalin hubungan dengan Israel pada tahun 1950an.
Kolombia dan Brasil mendukung pengaduan Afrika Selatan terhadap Israel ke Mahkamah Internasional di Den Haag, dan menuduh perang Gaza merupakan pelanggaran terhadap Konvensi Genosida.
Negara Amerika Latin lainnya, Bolivia, memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel pada 1 November.