Kesalahan Orangtua saat Menangani Anak Tantrum yang Sering Terjadi
ERA.id - Tantrum merupakan hal yang umumnya dialami pada setiap anak, khususnya batita dan balita pada usia 1 hingga 5 tahun.
Sebab, pada usia tersebut, anak sedang berusaha menyelaraskan keinginan dan kemampuan mereka dalam mendapatkan suatu hal. Emosi dan logika seorang anak juga belum terbentuk sempurna.
Dengan demikian, tantrum merupakan hal yang sangat wajar dan menjadi fase perkembangan mental anak. Namun, tidak jarang terjadi kesalahan orangtua saat menangani anak tantrum. Apa saja itu? Melansir Verywell Family, Simak ulasan selengkapnya di bawah ini.
Kesalahan Orangtua saat menangani anak tantrum
Menuruti keinginan anak saat tantrum
Menuruti keinginan anak merupakan salah satu sikap yang paling sering dilakukan orangtua kepada anaknya yang tengah tantrum.
Hal ini sebaiknya tidak perlu dilakukan sebab akan menjadikan si anak merasa bahwa sikap tantrumnya lebih mempan daripada jika ia meminta dengan cara yang lebih tenang.
Sehingga, anak akan selalu melakukan hal tersebut agar orangtua menuruti kemauannya. Anak akan berpikir jika cara tersebut akan lebih didengar orangtua mereka.
Menjelaskan di waktu yang salah
Menjelaskan suatu hal pada saat anak sedang tantrum juga sebuah kesalahan. Anak tidak akan memahami penjelasan yang dikatakan orang tuanya saat dirinya sedang tantrum.
Hal ini disebabkan otak tidak akan mampu menyerap informasi logis saat anak sedang tantrum. Tunggu anak agar lebih tenang dan tantrumnya reda, barulah jalin komunikasi dengannya.
Menerapkan toxic positivity kepada anak tantrum
Kemungkinan besar, anak yang tantrum terjadi karena tidak terpenuhinya keinginan mereka. Namun, terkadang, masalah seperti berebut mainan dengan temannya juga dapat membuat anak tantrum.
Jika sudah begini, orangtua pada umumnya akan berusaha memberi semangat untuk anak dengan mengatakan "Udah, jangan nangis, begitu aja nangis, kamu kan hebat, pintar, mau berbagi!"
Tahukah Anda, ini adalah bagian dari toxic positivity terhadap anak. Dengan kalimat tersebut, orang tua gagal memvalidasi perasaan anak dan memaksanya untuk mengabaikan perasaannya sendiri. Anak pun akan tumbuh sebagai pribadi yang menganggap bahwa dirinya tidak patut merasa sedih, marah, kesal, dan lainnya.
Ikut marah-marah
Satu hal yang sulit dihindari sebagian besar orang tua yaitu tidak terpancing emosi saat anak sedang tantrum. Sebab, anak bisa menangis, berteriak, ataupun memukul-mukul orang di sekitarnya agar menuruti keinginannya. Meskipun hal tersebut biasa terjadi dalam fase tumbuh kembang emosi anak, orang tua juga sering ikut terbawa emosi. Bahkan, orang tua seringkali membentak hingga mencubit anak agar anak merasa jera dan berhenti.
Ternyata, ini adalah cara yang salah besar. Membentak, memarahi, ataupun menyakiti anak secara fisik tidak hanya meninggalkan trauma masa kecil pada anak, tapi juga mengajarkan anak secara tidak langsung perilaku emosi orangtua yang kasar jika sedang marah. Pada akhirnya anak akan meniru sikap kita yang membentak, memukul, dan mencubit, dan mempraktikkannya saat ia sedang marah di lain hari.
Demikianlah ulasan tentang kesalahan orangtua saat menangani anak tantrum dan juga cara menanganinya. Semoga bermanfaat!
Ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Kalo kamu mau tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…