Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Seniornya, Pengamat Pendidikan: Perlu Revisi Total Sistem Sekolah Kedinasan

ERA.id - Pengamat pendidikan Doni Koesoema menanggapi soal kematian taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP). Ia menilai sudah saatnya merevisi dan memperbaiki sistem sekolah kedinasan. Karena adanya perubahan tantangan zaman dan perkembangan baru terkait dengan kompetensi dan tujuan sekolah kedinasan.

"Jadi kalau akar persoalannya itu adalah sangat kompleks terutama karena keseluruhan ekosistem pendidikan belum mendukung tercapainya tujuan pendidikan kedinasan. Maka harus direformasi secara total teutama sistem pendidikannya sehingga di dalam sekolah kedinasan itu terbangun sebuah sistem pendidikan kedinasan yang memang sangat modern sesuai perkembangan kebutuhan zaman juga selaras dengan tujuan dicapai di dalam sekolah kedinasan itu," katanya saat dihubungi Era.id, Jumat (10/5/2024).

Menurutnya, harus ada revisi total mulai dari perkembangan kurikulum, penyiapan tenaga kependidikan, sistem evaluasi sampai pengembangan budaya dan lingkungan di komplek asrama. Termasuk soal pengasuhan sekolah kedinasan.

"Cara memberantasnya itu bisa bermacam-macam, tetapi kalau dari analisis awal bahwa persoalannya itu adalah kompleks dan ini terkait dengan ekosistem pendidikan dan ekosistem pendidikan ini terkait dengan keseluruhan sistem pendidikan sekolah kedinasan, maka seluruh komponen dan bagian-bagiannya perlu dievaluasi," katanya.

Tak hanya hal di atas, ia menilai juga perlu ada evaluasi mulai dari pemilihan atau proses persiapan tenaga pendidik, tenaga kependidikan, para pengasuh, isi materidi dalam kurikulumnya. Lalu sistem pengembangan pembinaan dan pengembangan budaya di dalam asrama.

"Dan yang harus diatasi di sini adalah budaya senioritas ya dan disiplin yang ketat ala semi militer yang sebenarnya sudah tidak relevan lagi. Jadi solusinya menurut saya, pertama bisa dilakukan revisi total lah terhadap keseluruhan sistem pembinaan di dalam pendidikan kedinasan," katanya.

Lebih lanjut, menurutnya, perlu untuk mulai memilih generasi baru sekolah kedinasan yang lebih manusiawi. Proses seleksi mahasiswa juga harus dipastikan tidak mengandung unsur kekerasan.

"Jadi memang harus dibuat semacam proses seleksi yang menyeleksi anak-anak yang memang secara humanistik manusiawi siap untuk menjadi calon pemimpin yang akan bermanfaat dan efektif melayani masyarakat dan melayani Indonesia di masa depan karena sekolah kedinasan ini tujuannya kan untuk membantu pemerintahan menjalani roda pemerintahannya," katanya.