Pemberdayaan Perempuan Bantu Cegah Kemiskinan di Tengah Ageing Population

ERA.id - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) mengatakan Indonesia harus bersiap menghadapi aging population. Selain itu, ia mengatakan pemberdayaan perempuan adalah kunci menghapus kemiskinan di Indonesia.

Hasto Wardoyo mengatakan Indonesia sebetulnya telah meninggalkan bonus demografi semenjak 2020. Periode bonus demografi kira-kira berakhir pada 2035, sehingga pendapatan per kapita harus meningkat signifikan.

"Setelah (tahun 2035), bebannya berat. Ingat kita akan memasuki population ageing," ujar Hasto, saat ditemui di Jl. Gatot Subroto, Menteng Dalam, Jakarta Selatan pada Selasa (14/5/2024).

Hasto Wardoyo mengatakan population ageing meliputi orangtua tak produktif dengan rata-rata pendidikan menengah ke bawah. Selain itu, populasi perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Hal ini berpengaruh pada angka kemiskinan yang meningkat.

Maka dari itu, pemberdayaan perempuan adalah kunci mengatasi kemiskinan ekstrem di Indonesia. Pemberdayaan perempuan melalui penggunaan sumber daya sangat penting dalam proyek pengentasan kemiskinan.

"Pengalaman saya menjadi Bupati di Kulon Progo, daerah yang miskin ekstrem selalu diwarnai janda-janda tua dan fakir miskin. Jadi kemiskinan ekstrem itu datang dari janda-janda tidak produktif," ucapnya.

"Sehingga pemberdayaan perempuan menjadi visi ke depan agar perempuan-perempuan yang masuk ke ageing population (populasi menua) itu produktif," lanjutnya.

Pemberdayaan perempuan jadi arus utama pembangunan agar para perempuan mendominasi populasi ini termasuk golongan produktif. Dengan adanya demografi, Hasto mengingatkan adanya ancaman misdemografi.

"Ketika adolescent (generasi muda) tidak putus sekolah, tidak menganggur, tidak hamil di usia muda, kematian ibu dan bayi rendah, kita bisa mencapai bonus demografi. Di Papua masih di atas 500 per 100.000 kelahiran hidup," bebernya.

"Makna mengarusutamakan gender itu sangat penting, pembangunan berbasis perempuan sangat bermakna bagi kita," lanjutnya.

Hasti mengingatkan pentingnya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) apabila ingin meraih Indonesia Emas 2024. Selama ini, Pemerintah mengkampanyekan Indonesia akan mengalami usia emas pada tahun 2045.  Sebab saat itu, Indonesia genap berusia 100 tahun alias satu abad.

"Indonesia Emas harus bebas dari kelaparan dan stunting, dan jangan lupa angka kematian ibu juga kematian bayi. Kematian ibu 70 paling tinggi targetnya di tahun 2023, tetapi hari ini angka kematian ibu masih 189 per 100 ribu ibu melahirkan." tambahnya.