Kasus 'Bakteri Pemakan Daging' Melonjak di Jepang, Bisa Menular Lewat Luka Tangan dan Kaki
ERA.id - Kasus bakteri pemakan daging mencapai rekor tertinggi di Jepang pada tahun 2023. Kasus itu melonjak menjadi 941 tahun lalu, melampaui rekor sebelumnya yaitu 894 kasus.
Menurut Institut Nasional Penyakit Menular (National Institute of Infectious Diseases (NIID) mengutip Asahi, jumlah pasien yang didiagnosis dengan sindrom syok toksik streptokokus (STSS) meningkat menjadi 941 kasus tahun 2023. Angka ini melampaui rekor sebelumnya yang hanya menyentuh 894 kasus pada tahun 2019.
Berdasarkan catatan, kasus STSS menurun tajam selama pandemi COVID-19. Diperkirakan 30 persen kasus STSS berakhir dengan kematian karena gejalanya bisa memburuk secara tiba-tiba.
Kasus STSS dikhawatirkan bisa menyebar lebih parah di Jepang karena strain yang memiliki virulensi dan infektivitas tinggi telah terkonfirmasi di Jepang.
Kementerian Kesehatan pada 17 Januari meminta pemerintah daerah untuk menganalisis sampel yang diambil dari pasien STSS untuk menentukan jenis virusnya.
STSS terutama disebabkan oleh bakteri yang disebut streptococcus pyogenes, lebih dikenal sebagai streptokokus grup A, yang diketahui menyebabkan radang tenggorokan terutama pada anak-anak.
Dalam beberapa kasus, infeksi bisa berakibat fatal, terutama pada orang dewasa berusia di atas 30 tahun. Kebanyakan pasien yang menderita STSS adalah warga lanjut usia.
Gejala awal STSS adalah sakit tenggorokan, demam, diare, muntah, dan lesu. Namun beberapa pasien meninggal dalam waktu puluhan jam karena kegagalan beberapa organ atau masalah pernapasan.
Bakteri ini disebut pemakan daging karena menyebabkan nekrosis pada jaringan yang mengelilingi otot pasien. Bakteri sering memasuki aliran darah dan cairan tulang belakang dimana bakteri biasanya tidak dapat dideteksi. Hal ini menyebabkan penurunan fungsi banyak organ secara tiba-tiba.
STSS tidak hanya disebabkan oleh streptokokus grup A tetapi juga oleh strain grup G.
Menurut NIID, strain grup A menyebabkan lebih banyak kematian di antara mereka yang berusia di bawah 50 tahun. Enam puluh lima pasien di bawah 50 tahun didiagnosis menderita STSS antara Juli dan Desember 2023. Sekitar sepertiga dari mereka, atau 21, meninggal.
Meski proses penularannya masih belum diketahui, bakteri tersebut diketahui menginfeksi pasien melalui luka di tangan dan kaki.
"Ada banyak hal yang tidak kita ketahui, seperti mengapa bakteri menjadi fulminan," kata Takashi Nakano, profesor penyakit menular di Kawasaki Medical School.
"Langkah-langkah normal untuk mencegah penyakit menular, seperti mencuci tangan dan menjaga kebersihan luka, harus dilakukan," tambahnya.
Lalu, kata Nakano, perawatan medis segera harus dimulai jika gejalanya tampak berbeda dari biasanya. Ia menyarankan untuk mengunjungi institusi medis jika luka mulai membengkak atau nyeri, dan jika muncul gejala infeksi lain, seperti demam.
Strain bakteri Inggris yang sangat ganas dan menular, yang merupakan strain utama di Barat, telah dikonfirmasi di Jepang. Sembilan kasus strain Inggris telah ditemukan di prefektur Jepang yang sama sejak bulan Agustus.