WHO Peringati Bahaya Obat Diabetes Palsu, Sering Dipakai Untuk Turunkan Berat Badan
ERA.id - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan peringatan terkait obat diabetes palsu yang bisa berbahaya bagi tubuh. Pemalsuan obat itu terdeteksi pada obat golongan semaglutide untuk pengobatan diabetes tipe 2 dan obesitas merek Ozempic.
Peringatan itu ditujukan untuk 3 batch produk obat golongan semaglutide yang dipalsukan. WHO mendeteksi obat palsu itu di beberapa negara seperti Brasil, Inggris, Irlandia, dan Amerika Serikat pada tahun 2023.
Sistem Pengawasan dan Pengawasan Global (GSMS) WHO telah mengamati peningkatan laporan tentang produk semaglutide palsu di semua wilayah geografis sejak tahun 2022. Peringatan ini merupakan yang pertama dikeluarkan oleh WHO secara resmi seteleh konfirmasi atas beberapa laporan tersebut.
“WHO menyarankan para profesional kesehatan, otoritas pengatur, dan masyarakat untuk mewaspadai kumpulan obat-obatan palsu ini,” kata Dr Yukiko Nakatani, Asisten Direktur Jenderal WHO untuk Akses terhadap Obat-obatan dan Produk Kesehatan, dilansir dari laman resmi WHO, Kamis (27/6/2024).
Semaglutides, termasuk produk merek tertentu yang telah dipalsukan, diresepkan untuk penderita diabetes tipe 2 untuk menurunkan kadar gula darahnya. Semaglutida juga mengurangi risiko kejadian kardiovaskular.
Umumnya, sebagian besar produk semaglutide harus disuntikkan di bawah kulit setiap minggu tetapi juga tersedia dalam bentuk tablet yang diminum setiap hari. Obat-obatan ini terbukti menekan nafsu makan selain menurunkan kadar gula darah.
Obat ini juga banyak diresepkan untuk menurunkan berat badan di beberapa negara. WHO telah mengamati peningkatan permintaan obat-obatan ini serta laporan pemalsuan.
Menurut laporan WHO, produk-produk palsu ini dapat menimbulkan dampak berbahaya bagi kesehatan masyarakat jika produk tersebut tidak memiliki komponen mentah yang diperlukan. Obat-obatan palsu dapat menyebabkan komplikasi kesehatan akibat kadar glukosa darah atau berat badan yang tidak terkendali.
Dalam kasus lain, bahan aktif lain yang tidak diumumkan mungkin terkandung dalam perangkat injeksi, misalnya insulin, yang menyebabkan berbagai risiko atau komplikasi kesehatan yang tidak dapat diprediksi.
"Kami mengimbau para pemangku kepentingan untuk menghentikan penggunaan obat-obatan yang mencurigakan dan melaporkannya kepada otoritas terkait," tegas Dr Yukiko.
Diketahui pengobatan semaglutida bukan dari bagian yang direkomendasikan oleh WHO untuk mengatasi diabetes karena biayanya yang tinggi. Hambatan biaya membuat produk-produk ini tidak cocok untuk pendekatan kesehatan masyarakat, yang bertujuan untuk menjamin akses seluas-luasnya terhadap obat-obatan di tingkat populasi.
Selain itu, pengobatan ini juga untuk mencapai keseimbangan antara standar pelayanan terbaik dan apa yang mungkin dilakukan dalam skala besar dalam hal sumber daya. Mengatasi hal itu, WHO mengatakan terdapat pengobatan yang lebih terjangkau untuk diabetes, dengan efek serupa dengan semaglutides terhadap gula darah dan risiko kardiovaskular.
"WHO saat ini sedang menyusun pedoman saran cepat mengenai kemungkinan penggunaan GLP-1 RA, termasuk semaglutida, untuk pengobatan obesitas pada orang dewasa dan sebagai bagian dari model perawatan yang lebih komprehensif," demikian pernyataan WHO.
Istilah GLP-1 RA adalah singkatan dari agonis reseptor peptida-1 mirip glukagon, yang mencakup semaglutida, untuk kelas obat yang digunakan dalam pengobatan diabetes guna menurunkan gula darah dan mendukung penurunan berat badan.
Untuk melindungi diri dari obat-obatan palsu dan dampak berbahayanya, pasien yang menggunakan produk ini dapat mengambil tindakan seperti membeli obat dengan resep dari dokter berlisensi dan menghindari membeli obat dari sumber yang tidak dikenal atau tidak terverifikasi, seperti yang dapat ditemukan secara online.
Masyarakat harus selalu memeriksa kemasan dan tanggal kadaluwarsa obat ketika membelinya, dan menggunakan produk sesuai resep. Dalam kasus semaglutida suntik, pasien harus memastikan obat tersebut disimpan di lemari es.
Ozempic hanya dapat diresepkan untuk pasien dengan diabetes tipe dua, dan tidak memiliki izin sebagai obat penurun berat badan di Inggris atau AS.
Sementara itu, Pemerintah Inggris mengakui obat itu tidak diizinkan untuk menurunkan berat badan. Dr. Alexis Missick dari apotek daring UK Meds mengatakan saat ini para ahli medis sedang berdiskusi soal keseuaian dan keamanan penggunaan obat tersebut.
"Para ahli medis memperingatkan terhadap penggunaan obat-obatan tersebut secara sembarangan tanpa pemahaman yang tepat tentang efek dan potensi risikonya," katanya.
"Meskipun Ozempic telah menunjukkan efektivitas dalam menurunkan berat badan, terutama karena sifatnya yang menekan nafsu makan, obat ini juga mengandung risiko termasuk, tetapi tidak terbatas pada, potensi efek samping gastrointestinal," pungkasnya.