Desak Pembebasan Pemakaian Senjata ke NATO, Ukraina: Untuk Menyelamatkan Negara
ERA.id - Ukraina mendesak sekutu NATO untuk mencabut pembatasan penggunaan senjata jarak jauh terhadap sasaran di Rusia. Permintaan ini disampaikan Presiden Ukraina dalam KTT NATO di Washington.
Presiden Ukraiana Volodymyr Zelenskyy mengatakan kepada para sekutu NATO bahwa harus ada penghapusan batasan demi meraih kemenangan melawan Rusia. Pernyataan ini dia sampaikan selama KTT NATO di Washington, Kamis (11/7).
"Jika kita ingin menang, jika kita ingin menang, untuk menyelamatkan negara kita dan mempertahankannya, kita perlu menghilangkan semua batasan," kata Zelenskyy, dikutip Reuters, Jumat (12/7/2024).
Ketua kabinet Zelenskyy Andryi Yermak mengatakan di forum publik bahwa Rusia tidak memiliki batasan dalam penggunaan senjata dan akan menjadi pengubah permainan jika sekutu Ukraina dapat mencabut semua batasan penggunaan senjata yang mereka pasok ke Ukraina.
Anggota NATO telah mengambil pendekatan berbeda mengenai bagaimana Ukraina dapat menggunakan senjata yang mereka sumbangkan. Beberapa pihak telah memperjelas bahwa Kyiv dapat menggunakannya untuk menyerang sasaran-sasaran yang berada jauh di wilayah Rusia.
Sementara Amerika Serikat telah mengambil pendekatan yang lebih sempit, yaitu mengizinkan senjata-senjatanya hanya digunakan di dalam perbatasan Rusia terhadap sasaran-sasaran yang mendukung operasi militer Rusia di Ukraina.
Presiden AS Joe Biden juga mengatakan bahwa Amerika Serikat telah mengizinkan Zelenskyy menggunakan senjata yang dipasok AS secara terbatas di dalam perbatasan Rusia.
"Jika dia mempunyai kemampuan untuk menyerang Moskow, menyerang Kremlin, apakah itu masuk akal? Itu tidak akan terjadi," kata Biden.
Zelenskiy bertemu dengan anggota parlemen dari Partai Republik dan Demokrat di Washington pada hari Rabu. Dia ingin mempererat hubungan dengan anggota parlemen AS dari kedua kubu politik jika Trump terpilih kembali.
Deklarasi NATO mengatakan sekutu akan memberikan setidaknya 40 miliar euro (Rp699 triliun) bantuan militer ke Ukraina pada tahun depan, meskipun mereka tidak memenuhi komitmen multi-tahun yang diminta Stoltenberg.