5 Strategi BKKBN Dalam Percepatan Penurunan Stunting
ERA.id - Stunting menjadi salah satu masalah kesehatan yang terjadi di Indonesia. Kondisi ini bisa menyebabkan terjadinya gangguan tumbuh kembang anak, yaitu tinggi badan anak yang menjadi lebih pendek atau bisa dibilang kerdil dibandingkan anak seusianya.
Penyebab utama dari stunting adalah malnutrisi pada ibu hamil dan kurangnya asupan nutrisi selama masa pertumbuhan anak. Banyak yang tidak menyadari bahwa tinggi pendeknya anak bisa menjadi tanda adanya masalah gizi kronis.
dr. Irma Ardiana, MAPS sebagai Plt. Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) membeberkan sejumlah strateginya dalam mempercepat penurunan stunting.
Menurutnya, stunting merupakan permasalahan serius yang memerlukan penanganan secara tepat dan menyeluruh.
Berikut 5 strategi upaya penurunan stunting dari Irma Ardiana melalui acara Webinar Poptalk Seri 3: Kualitas Penduduk Terbebas Stunting Melalui Konvergensi Berbagai Intervensi pada Senin (15/7/2024).
1. Peningkatan komitmen dan visi kepemimpinan
Tak hanya pemerintah pusat, menurutnya pemerintah daerah, seperti kabupaten/kota, kecamatan, hingga tingkat desa juga memainkan peranan penting dalam pencegahan stunting.
"Memastikan stunting bukan lembaga saja, tetapi pemerintah kabupaten/kota, sampai level desa," kata Irma.
2. Peningkatan komunikasi perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat
Salah satu faktor penting dalam mencapai tujuan ini dengan menerapkan strategi komunikasi perubahan perilaku yang efektif. Strategi komunikasi perubahan perilaku yang efektif harus mempertimbangkan semua faktor ini dan dirancang menjangkau berbagai kelompok masyarakat yang sesuai budaya serta konteks lokal.
"Memastikan menurunkan stunting upaya komunikasi upaya perubahan apa dilakukan dan upaya pemberdayaan masyarakat karena upaya kita melakukan intervensi berkelanjutan," jelas Irma.
3. Peningkatan konvergensi intervensi spesifik dan sensitif
Penurunan stunting harus meningkatkan konvergensi intervensi spesifik dan intervensi sensitif di kementerian/lembaga, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan pemerintah desa.
"Memastikan peningkatan konvergensi, sederhananya konvergensi spesifik dan sensitif. Manfaat bisa dirasakan kepada kelompok sasaran. Kelompok sasaran intervensi ketiga kelompok ibu hamil, pasien persalinan periode menyusui, baduta dan balita," ujar Irma.
4. Peningkatan ketahanan pangan dan gizi
Dalam upaya penurunan masalah stunting, Kementerian Pertanian memiliki peran penting dan berkontribusi dalam penyediaan pangan dan gizi keluarga, pangan yang beragam, penyediaan infrastruktur pendukung produksi pangan, hingga mendekatkan akses masyarakat terhadap pangan.
"Intervensi keempat ini memastikan stunting ini ketahanan pangan dan gizi baik itu di level individu maupun masyarakat," beber Irma.
5. Peningkatan dan pengembangan sistem, data, informasi, riset dan inovasi
Terakhir, penurunan masalah stunting harus meningkatkan pemantauan dan evaluasi sebagai dasar untuk memastikan pemberian layanan yang bermutu, peningkatan akuntabilitas, dan percepatan pembelajaran. Untuk memastikan keberlanjutannya, sistem pemantauan dan evaluasi berbasis hasil ini perlu mendapat perhatian, dukungan sumber daya, dan komitmen politik secara terus menerus.
"Memastikan kita punya sistem, kemudian punya data dibagi ratakan informasikan riset dan inovasi. Kita memberikan ruang peneliti dan riset inovasi." imbuh Irma.