Panduan Simpel Menyiapkan Bekal Bergizi Agar Anak Tak Masuk Jebakan Makanan Instan

ERA.id - Seandainya hari ini ada yang bilang orang Indonesia bisa tumbuh tinggi seperti orang-orang Eropa, apakah kamu bakal percaya? Mungkin kita hanya akan tertawa sambil mengingat tinggi badan sekeluarga yang mentok di angka 170 cm. Namun, menurut seorang guru besar departemen gizi di Institut Pertanian Bogor (IPB), andai saja asupan gizi kita diperhatikan sejak bayi, seharusnya kita bisa loh tumbuh lebih tinggi lagi.

Prof. Dodik Briawan menyampaikan dalam sebuah diskusi bahwa pertumbuhan anak Indonesia pada usia 0-6 bulan setara dengan pertumbuhan anak ras Kaukasoid yang umumnya ada di Eropa, Amerika Utara, Australia, dan Selandia Baru.

"Pada saat 0-6 bulan, saat anak Indonesia dengan ASI saja, maka pertumbuhannya sama dengan pertumbuhan anak bule,” ujarnya dalam forum "Mari Menjadi Ibu Melek Nutrisi Demi Wujudkan Generasi Emas 2045". Ia menambahkan baru setelah lewat enam bulan pertumbuhan anak Indonesia menurun. Penyebabnya karena kualitas makanan pendamping ASI (MPASI) yang buruk.

Gara-gara itu, Indonesia termasuk negara dengan penduduk paling pendek sedunia menurut survei World Population Review (WPR) tahun 2023. Indonesia menempati posisi ke-182 dari 199 negara yang disurvei berdasarkan tinggi badan penduduknya, dengan tinggi rata-rata orang Indonesia berkisar 158 cm. 

Ilustrasi anak Indonesia (Unsplash)

Menimbang pendapat Prof. Dodik sebelumnya, penduduk Indonesia sebetulnya punya potensi untuk meningkatkan tinggi badan seperti yang terjadi di Jepang dan Korea Selatan. Bayangkan saja, menurut penelitian berjudul A Century of Trends in Adult Human Height, orang Jepang bisa tumbuh hampir 10 cm lebih tinggi dalam rentang waktu 40 tahun (1965-2005).

Sementara itu, Korea Selatan menjadi bangsa Asia paling jangkung dengan peningkatan tinggi badan rata-rata mencapai 15 cm selama rentang 1896-1996. Tren peningkatan tinggi badan juga mulai terjadi di China dan Thailand. Namun, di Indonesia pertumbuhan tinggi badan tercatat stagnan. 

Ini bisa dimaklumi melihat prevalensi stunting di Indonesia masih di atas 20 persen hingga tahun 2022, terpaut jauh dibandingkan Korea Selatan yang prevalensinya sudah turun ke angka 2,5 persen pada 2009.

Membahas soal stunting, seperti kata Prof. Dodik, 'biang keroknya' terdapat di masalah asupan makan yang tak bergizi. Sialnya, bukan hanya masyarakat bawah yang kurang perhatian dengan masalah makanan bergizi, tetapi juga sekelas pemerintah. 

Misalnya, pekan ini ada uji coba program Makan Bergizi Gratis di SDN Sentul 03 dan 02, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka pamer menu makan seharga Rp14.900 sudah termasuk nasi, ayam, buah, dan susu. Namun, Center for Indonesia's Strategic Developement Initiatives (CISDI) menemukan bahwa susu yang dibagikan berupa produk susu berpemanis rasa strawberi. 

"Itu termasuk tinggi gula (25 gram) padahal batas harian konsumsi gula anak-anak 25 gram," tulis keterangan CISDI lewat akun X @CISDI_ID, Rabu (24/7/2024).

"Kami dari CISDI udah bolak-balik wanti2 soal potensi adanya pangan gak sehat di program ini," lanjutnya. "Selain itu, kalau lihat panduan isi piringkunya Kemenkes juga susu gak wajib Mas."

Untuk diketahui, hari ini pemerintah tak lagi memakai pedoman gizi “Empat Sehat Lima Sempurna” yang dipopulerkan semasa Orde Baru, tetapi Pedoman Gizi Seimbang sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun 2014. Pedoman terbaru itu mengadopsi prinsip Nutrition Guide for Balanced Diet yang dicetuskan Konferensi Pangan Sedunia di Roma pada 1992.

Illustrasi isi piringku. (Foto: Kemenkes)

Dalam Pedoman Gizi Seimbang, susu tak lagi menjadi penyempurna makanan sehat. Kita bisa menggantinya dengan menu lain seperti ikan, telur, dan ayam. Bahkan, kebanyakan produk susu berpemanis sekarang justru berbahaya karena kandungan susu murninya sangat rendah, sedangkan gulanya berlebih. 

Ahli gizi masyarakat, dr. Tan Shot Yen adalah salah satu yang sering memberi edukasi seputar bahaya produk makanan ultra proses atau ultra-processed food (UPF), termasuk susu UHT berperasa. Ia menyerukan para orang tua agar jangan terlena membekali anak-anak dengan produk instan. 

“Makanan sehat itu yang semakin dekat dengan bentuk aslinya di alam,” ujar dr. Tan kepada Era.id, Jumat (26/7/2024). “Kenalkan anak dengan makanan sehat di negeri sendiri. Jangan jadi orang Jawa bermata biru.”

Mengenali ultra-processed food dan risiko yang mengintai

Dr. Tan mengartikan ultra-processed food (UPF) atau makanan ultra proses sebagai makanan yang diolah dengan penambahan food addivities seperti gula, garam, penguat rasa, pewarna makanan, dan bahan-bahan olahan industri untuk menyerupai keaslian bahan alaminya. Biasanya UPF merupakan produk massal industri yang dirancang agar disukai lidah (palatable) dan praktis.

Ia juga menyebut ciri-ciri UPF adalah tidak lagi mengandung bahan utuh; diproduksi industri besar-besaran dengan komersialisasi; hingga masa kadaluarsa panjang. Contohnya minuman ringan; cemilan kemasan; roti produk massal; berbagai produk nugget dan makanan beku bermerek.

“Nah ini yang jadi perkara. Masalahnya, industri pangan kencang, dari promosi hingga ‘edukasi’. Jadi hanya orang yang punya literasi tinggi bisa memilah informasi dari sekadar sensasi,” ujarnya. “UPF dipromosikan secara nasional dan berisiko menggantikan kelompok pangan lain.”

Selain itu, dr. Tan memerinci beberapa masalah lain UPF, mulai dari penyebab obesitas; penyebab gangguan gizi pada anak tumbuh kembang; dan penyebab penyakit tidak menular (PTM) seperti diabetes, hipertensi, dan sindroma metabolik.

“Apalagi pangan ultra proses ini mudah didapat, praktis, ekonomis, dirancang untuk menciptakan kecanduan, dianggap penyokong pertumbuhan ekonomi dan industri, dan menyasar kelompok masyarakat menengah ke bawah,” ujarnya.

“Ekonomi kerakyatan tidak bisa membuat kita cuma jadi konsumen industri raksasa. Mereka untung dan berdalih memberi lapangan kerja (dari general manager sampai satpam), tapi kesehatan kita buntung,” sambungnya.

Sementara itu, dr. Eka Laksmi, Sp.A(K) menjelaskan bahwa jajanan kemasan tidak akan menimbulkan kegawatan seperti gagal ginjal akut selama konsumsinya terkontrol dan tidak berlebihan.

“Kalau makanan, jajanan, minuman kemasan tadi, sebetulnya sudah ada pengontrolnya kan (BPOM). Jadi selama ada pengontrolnya, itu adalah jajanan yang mestinya tidak menyebabkan gagal ginjal, apalagi yang sifatnya mendadak akut,” ujarnya dalam diskusi berjudul “Banyak Anak Cuci Darah Di RSCM, Kok Bisa?”, Kamis (25/7/2024).

“Tapi sekali lagi, kita mulai belajar untuk hidup sehat sehingga kandungan-kandungan segala macam kemasan itu harus kita perhatikan kadar gula dan garamnya,” lanjutnya.

Menurutnya, konsumsi gula dan garam berlebihan lah yang dapat memicu risiko jangka panjang. Keduanya dapat menyebabkan seseorang mengidap hipertensi, diabetes mellitus (DM), dan obesitas. 

“Hipertensi, DM, dan obesitas, itu di kemudian hari memang merupakan penyebab gagal ginjal yang terbanyak pada dewasa. Jadi kita ingin kewaspadaan mulai anak, edukasi mengenai pemilihan nutrisi yang baik,” ujarnya.

Menu makan sehat buat anak

Beberapa waktu lalu, sempat ramai perbincangan di media sosial soal bekal makan anak yang asal-asalan. Dari berbagai video yang diunggah di media sosial, tampak masih banyak orang tua yang membekali anak mereka hanya dengan nasi campur mi goreng instan, nasi lauk nugget dan kentang, jeli, crackers, atau roti manis. 

Salah satunya terlihat dari akun TikTok @ibuk.utti yang kerap membagikan menu sarapan tidak sehat untuk anaknya.

(Tangkapan layar TikTok @ibuk.utti)

"Sepiring nasi, sepiring kentang goreng, sama nugget buat sarapan, udah bikin kenyang anak kan bun? Takut anak kelaparan di sekolah," tulisnya dalam keterangan video. Dalam unggahan lain, ia pun tampak membekali anaknya berlembar-lembar roti tawar isi susu kental manis.

Dr. Tan Shot Yen pun sangat menyesalkan bekal makanan semacam itu. Ia lebih menganjurkan para orang tua membekali anak-anak mereka dengan real food atau makanan asli yang minim proses. Karena bagaimana pun, menurutnya makanan alami tanpa bahan-bahan kimia jauh lebih sehat. 

Ia juga menambahkan bahwa menu lokal Indonesia banyak yang sehat, bergizi, dan enak. Kalau orang tua masih bingung apa menu yang tepat untuk bekal makan anak, dr. Tan membuat daftar “Selusin Kudapan Anak Kesayangan”. Apa saja?

  1. Buah sedang musim ditambah otak-otak.
  2. Buah sedang musim ditambah siomay ikan bungkus kulit tahu.
  3. Sate buah ditambah telur puyuh pindang.
  4. Pisang barongko.
  5. Aneka bubur kacang bersantan.
  6. Bubur Manado komplit (bayam/kangkung, ubi merah, wortel, waluh, ikan ter, daun katuk, jagung, tomat).
  7. Lumpia kulit dadar telur isi tahu dan sayur cincang.
  8. Arem-arem isi abon ikan.
  9. Nasi jagung ditambah ayam suwir.
  10. Tahu isi kukus.
  11. Ketan serundeng teri panggang.
  12. Muffin telur isi brokoli, jamur, ayam, ikan, bayam.

“Anda berikan anakmu makanan bermutu atau menu asal ganjal?” tegas dr. Tan.