Tolak Kemenangan Nicolas Maduro, Warga Venezuela Turun ke Jalan Bawa Panci dan Wajan
ERA.id - Para pengunjuk rasa turun ke jalan menolak kemenangan Nicolas Maduro sebagai presiden Venezuela untuk ketiga kalinya. Mereka membawa serta panci dan wajan sambil meneriaki Maduro untuk mundur.
Aksi demo ini terjadi setelah nama Nicolas Maduro diumumkan sebagai pemenang pemilihan presiden di Venezuela, yang kemudian disengketakan. Sejumlah pendemo berbondong-bondong membawa panci dan wajan menuju istana presiden Miraflores di Caracas.
"Saya tidak menginginkan emas, saya tidak menginginkan CLAP (program bantuan pangan pemerintah), saya ingin Nicolas (Maduro) kelaur," teriak pengunjuk rasa sambil memukul panci, dikutip Reuters, Selasa (30/7/2024).
Banyak demonstran yang menggelar 'cacerolazo' di seluruh negeri, yang merupakan bentuk protes tradisional Amerika Latin dengan memukul panci dan wajan. Sebagian pendemo mengendarai motor dan memadati jalan atau membuat blokade dengan bendera Venezuela.
Para pendemo juga sebagian lainnya terlihat menurut wajah mereka dengan syal demi terlindung dari gas air mata.
Menurut laporan, di Caracas, polisi bersenjata lengkap membuat pengunjuk rasa berlarian saat mereka menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa, sementara polisi lainnya mendirikan penghalang dengan perisai panjang dan pentungan.
Di Coro, ibu kota negara bagian Falcon, pengunjuk rasa bersorak dan menari saat mereka merobohkan patung yang menggambarkan mendiang presiden Hugo Chavez, mentor Maduro.
"Saya akan berjuang untuk demokrasi negara saya. Mereka mencuri pemilu dari kami. Kita harus terus berjuang untuk kaum muda," ujar seorang pengunjuk rasa.
Observatorium Konflik Venezuela mengatakan telah mencatat 187 protes di 20 negara bagian hingga pukul 6 sore.
Sementara itu, Maduro yang melakukan siaran langsung dari istana presiden mengatakan bahwa pemerintah akan mengambil tindakan serius bila pendemo melakukan kejahatan.
"Kami telah mengikuti semua tindakan kekerasan yang dipromosikan oleh kelompok ekstrem kanan. Saya dapat memberi tahu rakyat Venezuela bahwa jika mereka telah melakukan kejahatan, kami akan bertindak," katanya.
"Kami sudah tahu film ini, jadi sekali lagi, bersama dengan serikat sipil, militer, dan polisi, kami bertindak. Kami sudah tahu bagaimana mereka beroperasi," imbuhnya.
Diketahui pihak berwenang pemilu mengumumkan bahwa Nicolas Maduro meraih 51 persen suara dan menjadi pemenang pemilu Venezuela untuk ketiga kalinya. Dia mengalahkan lawannya dari oposisi, Edmundo Gonzalez.
Maduro yang merupakan seorang mantan sopir bus berusia 61 tahun dan menteri luar negeri menjabat setelah terpilih kembali setelah kematian presiden Hugo Chavez pada tahun 2013. Proses pemilihannya tahun 2018 dianggap curang oleh Amerika Serikat dan negara-negara lain, yang menyebutnya sebagai seorang diktator.
Maduro telah memimpin keruntuhan ekonomi, migrasi sekitar sepertiga penduduk, dan kemerosotan tajam dalam hubungan diplomatik, yang diperparah oleh sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, dan negara lain yang telah melumpuhkan industri minyak yang sudah sedang berjuang.