Penuhi Permintaan Keluarga Afif Maulana, DPR: Polda Sumbar Sudah Terbitkan Surat Ekshumasi

ERA.id - Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad meminta Polda Sumatera Barat (Sumbar) menerbitkan surat ekshumasi untuk jenazah Afif Maulana, remaja asal Sumbar yang diduga tewas karena dianiaya polisi. Hal ini sekaligus menindakanjuti permintaan dari pihak keluarga.

Hal itu disampaikan saat menerima audiensi pihak keluarga Afif Maulana dengan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (5/8/2024).

"Sejak kemarin kita komunikasi, saya sudah minta kapolda untuk meminya kapolres Kota Padang menerbitkan surat ekshumasi," kata Dasco.

Dia lantas langsung memanggil perwakilan Polda Sumbar untuk menyerahkan surat ekshumasi, agar bisa langsung dilihat oleh pihak keluarga.

"Alhamdulillah tadi surat ekshumasinya sudah dikirim ke Jakarta dan sudah langsung dilihat oleh pengacara dan keluarga korban," katanya.

Ditemui usai audiensi, Dasco mengatakan, dengan terbitnya surat ekshumasi dari Polda Sumbar yang juga sudah dilihat langsung oleh pihak keluarga Afif Maulana, diharapkan tidak ada lagi dugaan-dugaan negatif kepada polisi.

"Polda Sumbar, untuk polda atau kepolisian menerbitkan surat eksumasi seperti yang diminta keluarga korban. Ini juga tujuannya supaya jangan sampai ada kemudian perkiraan-perkiraan negatif kepada polisi," ucapnya.

Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Habiburokhman, meminta proses ekshumasi dilakukan secepatnya. Dia menginginkan proses itu dilakukan dengan baik.

"Tapi yang jelas nanti dalam rapat ini juga menyampaikan permintaan kepada perhimpunan dokter forensik untuk melakukan ekshumasi secepatnya ya," kata Habiburokhman.

Sebelumnya, Kapolda Sumbar, Irjen Suharyono mengungkapkan anak Afif Maulana yang tewas di sekitar Jembatan Kuranji, merupakan pelaku tawuran dan mengajak teman-temannya untuk ikut melakukan aksi berbahaya itu. Hal ini diketahui usai penyidik Polda Sumbar berhasil membuka handphone Afif.

"Baru kami itu kemarin kaget, wah ternyata Afif itu sudah ada percakapan dengan Aditya itu memang yang mengajak tawuran, itu malah Afif Maulana itu (yang ajak tawuran)," kata Suharyono saat dihubungi, Kamis (4/7).

Suharyono lalu mengungkapkan isi percakapan Afif dengan Aditya. Sekira pukul 22.00 WIB malam saat itu, korban bertanya "ada tawuran gak malam ini?". Aditya lalu menjawab dengan meminta Afif ke rumahnya dulu.

"Akhirnya Afif Maulana berangkat ke rumah Adit. 'Ya sudah sambil nunggu tawuran nanti bikin supermi dulu di rumah'. Abis bikin supermi langsung hayu jam 01.30 WIB berangkat menuju sasaran. Itu sudah berkumpul sama kelompok yang lain. Itu sudah jelas mau berangkat tawuran," ungkapnya.

Rencana tawuran ini diskenariokan seolah-olah mereka berkumpul untuk mengadakan pesta atau jalan-jalan. Jenderal bintang dua Polri ini lalu menerangkan ada video Afif memegang pedang dan mengajak rekan-rekannya untuk tawuran di ponselnya.

Suharyono menduga Afif salah pergaulan karena terlibat tawuran. Sebab, salah satu teman bocah ini merupakan ketua kelompok gangster.

"Wong itu pengakuan dari Aditya itu, Aditya kan ketua kelompoknya gangster itu, itu kan salah pergaulan si Afif Maulana itu, salah memilih teman. Akhirnya apa? Berangkatlah menuju sasaran 25 motor, dengan 50 kurang lebih pesertanya, itu mau menghantam gangster lawan itu, baru di cegah polisi," ujarnya.

Dia mengatakan Afif dan teman-temannya memiliki grup di media sosial untuk mengajak kelompok lain tawuran. Dari grup itu, mereka janjian untuk tawuran di lokasi yang telah ditentukan.

Ketika semuanya telah berkumpul, polisi datang untuk membubarkan kegiatan membahayakan itu. Afif pun mengajak Aditya untuk melompat dari jembatan. Namun, Aditya menolak ajakan Afif. Bocah ini lalu melompat dari Jembatan Kuranji dan setelah itu dia ditemukan tewas.