Mengenal Fenomena Fatherless dan Langkah-Langkah Menghadapinya
ERA.id - Tanpa disadari, "Fatherless" telah membawa konsekuensi yang serius bagi anak-anak dan perlu menjadi perhatian. Untuk itu mari mengenal fenomena fatherless dan arti penting kehadiran sosok ayah.
Ketidakhadiran sosok ayah dalam keluarga tidak hanya berdampak pada anak, tetapi juga pada masyarakat secara keseluruhan. Artikel ini akan mengulas lebih lanjut mengenai fenomena ini dan implikasinya bagi masa depan generasi muda.
Mengenal Fenomena Fatherless
Menurut Dr. Mark Borg Jr. PhD, seorang psikoanalis dan penulis buku "How We Use Dysfunctional Relationships to Hide From Intimacy", anak-anak yang tumbuh tanpa ayah cenderung berusaha untuk mengkompensasi apa pun yang mereka rasakan, pikirkan, dan yakini.
Akibatnya, tidak jarang akan akan memiliki hubungan yang terlalu berlebih dengan pengasuhnya. Pengembangan pola perilaku ini bertujuan untuk membantu pengasuh utama (ibu atau orang yang mengasuh) melakukan pekerjaan yang lebih baik.
Sebagai contoh anak perempuan cenderung bersekutu dengan pengasuh dengan mengembangkan rutinitas yang dirancang untuk membuat pengasuh merasa mampu memberikan perawatan.
Kemudian anak laki-laki tanpa ayah akan membiarkan diri mereka menjadi kambing hitam keluarga dengan menanggung tanggung jawab atas masalah yang terjadi dalam keluarga secara umum.
Dengan demikian, anak laki-laki maupun perempuan seringkali dipaksa untuk merawat orang tua yang mereka anggap tidak bahagia. Selain itu, baik anak laki-laki maupun perempuan, terlepas dari keadaan yang menyebabkan mereka kehilangan ayah, akan mengalami dirawat oleh pengasuh tunggal.
Untuk lebih lengkapnya, baca artikel ERA yang membahas Apa Itu Fatherless?
Cara Menghadapi Fatherless
Ada banyak cara konstruktif untuk mengatasi rasa sakit tumbuh dalam rumah tangga tanpa ayah. Meskipun beberapa langkah ini tidak selalu mudah, tetapi siapa pun yang berkomitmen pada kesejahteraan mereka sendiri dapat menaklukkan rintangan yang ada. Berikut langkah-langkah efektif untuk mengatasi ketiadaan ayah meliputi:
- Konseling dan kelompok pendukung adalah cara efektif untuk belajar tentang diri kita sendiri dan kebutuhan kita sendiri. Media ini dapat membantu kita menginterpretasikan masa lalu untuk membantu kita melihat masa depan kita lebih cerah.
- Mengidentifikasi role model dan program mentoring di komunitas yang menampilkan etika moral dan ambisi untuk mempengaruhi anak-anak yang tumbuh dalam rumah tangga tanpa ayah secara positif.
- Menyadari kemarahan dan perasaan sakit hati Anda. Bukan suatu ide yang baik untuk marah diam-diam sambil memasang wajah di dunia. Maka, jujurlah pada diri sendiri dan komunikasikan perasaan Anda dari hati daripada memendamnya. Kuncinya adalah memberi diri Anda kesempatan untuk tumbuh.
- Memaafkan siapapun yang telah menyakiti kita membutuhkan banyak keberanian. Namun melakukannya dapat memberikan pelepasan yang sangat dibutuhkan dan dapat berpotensi menyembuhkan luka lama.
Dr. Mark Borg Jr. juga memiliki pendapat tentang mengatasi hal ini, "Penting untuk mengekspresikan perasaan daripada bertindak. Kemandirian dalam hubungan adalah cara untuk bertindak berdasarkan perasaan lama yang belum terproses tentang tumbuh tanpa ayah.”
Masalahnya adalah sangat tidak aman untuk tumbuh dengan perawatan yang tidak memadai (baik tanpa ayah atau tidak) sehingga kebanyakan orang memaksa keluar dari kesadaran mereka dengan tindakan tanpa diproses secara sadar.
Selain mengenal fenomena fatherless, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…