Imbas Serangan di Kursk, Rusia Peringati Barat Soal Perang Dunia III

ERA.id - Rusia memperingatkan negara Barat bahwa akan terjadi Perang Dunia III di Eropa bila Ukraina menyerang jauh ke Rusia. Peringatan ini terutama ditujukan kepada Amerika Serikat yang memberi izin tersebut.

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan bahwa Barat berusaha untuk meningkatkan perang Ukraina dan mencari masalah dengan mengizinkan pelonggaran pembatasan penggunaan senjata yang dipasok oleh asing. Perizinan itu dinilai bisa memicu Perang Dunia III di Eropa.

"Kami kini menegaskan sekali lagi bahwa bermain api dan mereka seperti anak kecil yang bermain korek api adalah hal yang sangat berbahaya bagi paman dan bibi dewasa yang dipercayakan dengan senjata nuklir di satu atau beberapa negara Barat," kata Lavrov, dikutip TASS, Rabu (28/8/2024)

"Orang Amerika dengan tegas mengaitkan pembicaraan tentang Perang Dunia Ketiga sebagai sesuatu yang, amit-amit, jika itu terjadi, akan memengaruhi Eropa secara eksklusif," tambahnya.

Dalam pernyataan itu, Lavrov menambahkan bahwa Rusia sedang "memperjelas" doktrin nuklirnya.

Doktrin nuklir Rusia tahun 2020 menetapkan kapan presidennya akan mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir, yang secara umum sebagai respons terhadap serangan yang menggunakan senjata nuklir atau senjata pemusnah massal lainnya atau senjata konvensional ketika keberadaan negara terancam.

Ketegangan Ukraina-Rusia meningkat setelah pasukan militer Ukraina menyerang wilayah Kursk di Rusia bagian barat pada 6 Agustus lalu. Ukraina pun menguasai sebagian wilayah dalam serangan asing terbesar terhadap Rusia sejak Perang Dunia II.

Rusia mengatakan bahwa persenjataan Barat, termasuk tank Inggris dan sistem roket AS, telah digunakan oleh Ukraina di Kursk. Kyiv telah mengonfirmasi penggunaan rudal HIMARS AS untuk menghancurkan jembatan di Kursk.

Tetapi Washington mengaku tidak diberitahu tentang rencana Ukraina sebelum serangan mendadak ke Kursk. Amerika Serikat juga mengatakan tidak mengambil bagian dalam operasi tersebut.

Sejak menginvasi Ukraina pada tahun 2022, Putin telah berulang kali memperingatkan tentang risiko perang yang jauh lebih luas yang melibatkan kekuatan nuklir terbesar di dunia, meskipun ia mengatakan Rusia tidak menginginkan konflik dengan aliansi NATO yang dipimpin AS.