Presiden Filipina Perintahkan 2.000 Polisi Tangkap Pendeta Apollo Quiboloy, Diduga Lakukan Perdagangan Seks

ERA.id - Presiden Filipina Fedinand Marcos Jr mendukung penangkapan seorang pendeta berpengaruh yang dituduh melakukan perdagangan seks. Ferdinand mengerahkan 2.000 pasukan kepolisian untuk menangkap terduga pelaku.

Kepolisian setempat mengerahkan 2.000 personel untuk menangkap Apollo Quiboloy, yang dituduh melakukan pelecehan anak dan seksual serta perdagangan manusia. Penangkapan Apollo ini juga didukung oleh Ferdinand yang merupakan teman lamanya.

"Dan mengingat ini adalah kompleks seluas 30 hektar (persembunyian Apollo), Anda benar-benar membutuhkan banyak orang, bukan hanya selusin polisi," kata Marcos, dikutip Reuters, Rabu (28/8/2024).

Apollo Quiboloy, yang menyatakan diri sebagai pemilik alam semesta dan anak Tuhan yang ditunjuk, bersembunyi di bunker di kompleks luas milik gerejanya, Kingdom of Jesus Christ (KOJC), di kota Davao, selatan.

Marcos mengatakan pengerahan polisi pada hari Sabtu bertujuan untuk memastikan area di sekitar lokasi gereja aman dan terlindungi.

Pernyataan tersebut menyusul kritik atas penanganan kasus tersebut oleh mantan Presiden Rodrigo Duterte dan putrinya, Wakil Presiden Sara Duterte. Pasangan tersebut, yang dulunya merupakan sekutu Marcos tetapi kini menjadi rival, menuduh polisi melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan penyalahgunaan kekuasaan.

"Tindakan ini bukan hanya pelanggaran terang-terangan terhadap hak yang dilindungi konstitusi, tetapi juga pengkhianatan terhadap kepercayaan yang kami, warga Filipina, berikan kepada lembaga yang telah bersumpah untuk melindungi dan melayani kami," kata Sara Duterte dalam sebuah pernyataan.

Menyusul instruksi penangkapan itu, pengikut Apollo memblokir gerbang kompleks tersebut untuk mencegah ratusan polisi yang membawa tameng menegakkan perintah pengadilan untuk menangkap pengkhotbah penginjil tersebut.

"Polisi telah mengubah kompleks Kerajaan Yesus Kristus menjadi garnisun," kata pengacara Apollo, Israelito Torreon.

Apollo Quiboloy, yang juga masuk dalam daftar orang paling dicari oleh Biro Investigasi Federal AS, diikuti oleh jutaan orang di Filipina, tempat para pemimpin gereja memegang pengaruh besar dalam politik.

Sara Duterte, yang baru-baru ini keluar dari kabinet Marcos yang menyegel perpecahan aliansi yang mereka bentuk dalam pemilihan 2022, mengatakan dalam pernyataannya bahwa dia menyesal membujuk anggota gereja Quiboloy untuk memilih Marcos dua tahun lalu.