Perang Lebanon Makin Meruncing, Amerika Serikat Tega Tetap Kirim Bantuan Senjata ke Israel

ERA.id - Amerika Serikat kembali mengirimkan pasokan bantuan senjata kepada Israel senilai 8,7 miliar dolar AS (Rp131 triliun). Bantuan senjata itu dikirim ketika situasi di Timur Tengah memanas.

Direktur Jenderal Kementerian Pertahanan Israel, Mayor Jenderal Eyal Zamir, mengonfirmasi paket bantuan senjata yang dikirimkan oleh AS. Kiriman paket bantuan senjata itu disepakati guna mendukung upaya militer Israel yang sedang berlangsung.

"Paket tersebut mencakup 3,5 miliar dolar AS (Rp52 triliun) untuk pengadaan kebutuhan perang yang mendesak, yang sudah dikirimkan ke Kementerian Pertahanan Israel (IMoD), dan 5,2 miliar dolar AS (Rp78 triliun) yang dialokasikan untuk sistem pertahanan udara, termasuk Iron Dome, David's Sling, serta sistem laser canggih," kata Zamir dalam pernyataannya, dikutip Anadolu, Jumat (27/9/2024).

Israel diketahui memiliki beberapa sistem intersepsi rudal, termasuk David's Sling, Arrow, dan Iron Dome.

Pernyataan tersebut mencatat bahwa sesuai kesepakatan, dana dan peralatan yang disebutkan akan segera dikirimkan.

Pengiriman paket bantuan senjata itu dilakukan AS tepat saat perang dengan Hizbullah di Lebanon memanas. Sejak Israel menyerang Lebanon pada Senin (23/9) pagi, kementerian kesehatan setempat mencatat sedikitnya 677 orang tewas dan melukai lebih dari 2.500 lainnya.

Meskipun jajak pendapat menunjukkan lebih dari setengah warga Amerika Serikat (AS) percaya bahwa bantuan militer kepada Israel seharusnya dibatasi, Washington terus memberikan bantuan militer signifikan kepada Tel Aviv.

Kelompok perlawanan Lebanon, Hizbullah, dan Israel telah terlibat dalam perang lintas batas sejak dimulainya serangan Israel ke Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 41.500 korban, sebagian besar wanita dan anak-anak, setelah serangan lintas batas oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada 7 Oktober lalu.

Masyarakat internasional telah memperingatkan tentang serangan ke Lebanon, karena hal ini dapat memperluas konflik Gaza secara regional.