Dituduh Kirim 3.000 Pasukan ke Rusia, Korea Utara: Merusak Hubungan Dua Negara!
ERA.id - Korea Utara membantah tuduhan anggota parlemen Korea Selatan yang menyebut 3.000 tentara dikirim ke Rusia. Korea Utara menyebut tuduhan itu tidak penting untuk ditanggapi dan upaya untuk merusak hubungan dengan Rusia.
Perwakilan Korea Utara selama Sidang Umum PBB di New York menanggapi tuduhan dari Selatan yang menyebut bahwa 3.000 pasukan militer sudah dikirim ke Rusia. Perwakilan itu menekankan rumor itu tidak berdasar.
"Mengenai apa yang disebut kerja sama militer dengan Rusia, delegasi saya tidak merasa perlu mengomentari rumor stereotip tak berdasar tersebut," katanya, dikutip AFP, Rabu (23/10/2024).
Selain itu, perwakilan Korea Utara menekankan klaim Seoul soal pengiriman pasukan itu hanya untuk mencoreng citra DPRK. Klaim itu juga dinilai hanya ingin merusak hubungan Korea Utara dengan Rusia.
"Klaim Seoul ditujukan untuk mencoreng citra DPRK dan merusak hubungan yang sah, bersahabat, dan kooperatif antara dua negara berdaulat," tegasnya.
Badan Intelijen Nasional Soeul sebelumnya menuduh bahwa Korea Utara telah mengirim sekitar 1.500 pasukan khusus ke Rusia melalui kapal.
"Korea Utara, yang telah menyediakan senjata militer skala besar untuk Rusia, mengirim pasukan ke perang agresi ilegal Rusia di Ukraina merupakan ancaman keamanan yang signifikan tidak hanya bagi negara kita tetapi juga bagi masyarakat internasional," kata Dewan Keamanan Nasional Seoul.
"Menanggapi kemajuan kerja sama militer antara Rusia dan Korea Utara menyusul pengerahan pasukan tempur Korea Utara, pemerintah akan menerapkan tindakan penanggulangan bertahap," tambahnya.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy juga menuduh Pyongyang bersiap untuk mengirim 10.000 tentara ke Rusia, menyerukan sekutu pada hari Selasa untuk menanggapi bukti keterlibatan Korea Utara dalam perang Rusia.
Media lokal Korea Selatan melaporkan bahwa Seoul sedang mempertimbangkan untuk mengirim pasukan ke Ukraina untuk memantau pengerahan pasukan Korea Utara. Kemungkinan besar pasukan yang dikerahkan terdiri dari personel militer dari divisi intelijen.
Divisi itu diterjunkan untuk menganalisis strategi medan perang Korea Utara dan turut andil dalam menginterogasi setiap tawanan perang yang ditangkap.