Longsor di Filipina, 85 Orang Meninggal
Dilansir dari Antara, Rabu (2/1/2019), para korban, termasuk beberapa anak kecil, sebagian besar kehilangan nyawa ketika rumah-rumah mereka rubuh karena longsor setelah hujan deras beberapa hari mengguyur sejumlah provinsi di Filipina tengah.
"Kalau kami tidak berhasil menemukan orang-orang yang hilang atau kami menemukan mereka dalam keadaan sudah tak bernyawa, jumlah (korban jiwa) itu menjadi 105, yang tidak kami harapkan," kata direktur eksekutirf badan nasional penanganan bencana Ricardo Jalal.
Tekanan angin tropis yang melemah menjadi dan pola tekanan rendah sebelum meninggalkan Filipina pada Minggu (30/12), menyebabkan hujan lebat. Hujan deras itu memicu tanah longsor serta banjir di wilayah Bicol dan Visayas.
Para pejabat telah menetapkan tiga provinsi di bawah 'status bencana' guna membuka jalan masuk bagi aliran dana untuk penanganan darurat.
Bicol, yang berpenduduk 5,8 juta jiwa, merupakan wilayah yang paling parah terkena bencana tersebut. Di sana, 68 orang meninggal karena hujan terus menerus serta tanah longsor.
Kerusakan yang dialami sektor pertanian di Bicol, yang menghasilkan beras dan jagung, diperkirakan mencapai 343 juta peso (sekitar Rp94 miliar).
Para petugas penyelamat, termasuk dari kepolisian dan militer, menggunakan alat-alat berat untuk membersihkan jalanan yang mengarah ke lokasi-lokasi longsor. Para petugas juga memasuki kawasan-kawasan pemukiman yang terkena banjir dengan menggunakan perahu karet.
"Matahari sudah muncul, kadang-kadang disertai hujan. Kami berharap banjir akan surut," kata Ronna Monzon, anggota personel operasi badan penanganan bencana di Bicol.
Setiap tahunnya, Filipina dilanda sekitar 20 topan tropis, yang menjatuhkan banyak korban jiwa serta membebani salah satu negara di Asia yang perekonomiannya tumbuh paling pesat itu.