Pamerannya Diberedel, Yos Suprapto Jelaskan Arti Lukisannya yang Dianggap Mirip Jokowi

ERA.id - Pelukis Yos Suprapto buka suara soal pameran lukisannya yang bertajuk “Kebangkitan: Tanah Untuk Kedaulatan Pangan” diberedel pihak Galeri Nasional, Kamis kemarin. Ada lima lukisannya yang memancing kontroversi karena objek lukisan itu mirip Presiden ketujuh Indonesia, Jokowi.

"Pada akhirnya siapa yang melihat, interpretasi mata kita itu sama dengan melihat bola. Bola kalau kamu lihat dari sisi itu, kamu hanya melihat sisi ini. Apakah kamu melihat sisi ini? Bisa multitafsir, ini sangat berbahaya padahal bola itu bulat," tutur Yos saat ditemui di Galeri Nasional, Jumat (20/12/2024).

Secara kritis, Yos tak mau kebenaran tunggal dalam menilai karya seninya itu ada, sebab Indonesia merupakan negara demokrasi.

"Ketika multitafsir itu ditiadakan hanya dengan satu perspektif tunggal, apa yang terjadi? Intoleransi terjadi seperti yang kita saksikan selama ini. Orang saling membunuh hanya karena keyakinan. Orang saling membinasakan hanya karena satu perspektif yang dia pandang," bebernya.

Yos bilang, kelima lukisannya bebas tafsir tergantung siapa yang melihatnya. Semisal satu karyanya yang memperlihatkan petani bercaping memberi makan orang yang berdasi. Bisa saja, katanya, orang mengartikan Jokowi memberi makan kepada Prabowo.

"Ini kan multitafsir. Orang petani kok pakai caping. Nah, ini ada caping. Orang pakai caping memberi makan anjing. Anjingnya tidak hanya satu, banyak. Multitafsirnya apa? Ini macam-macam. Anjing-anjing. Apakah petani tidak boleh punya anjing yang menjaga ladang mereka? Saya menyaksikan di Banyuwangi itu banyak yang namanya petani yang hidup di pinggir hutan. Punya banyak anjing karena untuk menjaga tanaman mereka dari serbuan babi hutan. Loh, ini kan multitafsir lagi. Makanya hati-hati. Jangan melihat segala sesuatu itu hanya dari satu perspektif. Lihatlah bola, belajar melihat bola secara utuh. Itu penting. Demikian pula dengan lukisan.

Yos menolak anggapan publik kalau lukisannya tak berkaitan dengan ketahanan pangan sesuai dengan tajuk pamerannya. "Siapa bilang? Petani apakah bukan produser pangan yang ada kaitannya dengan ketahanan pangan? Kok itu disuruh turunkan? Ini kan ada aneh."

Itu baru satu, di lukisan lain Yos, ditampilkan seorang pria memakai topi seperti raja Solo dan di bawahnya bertumpuk-tumpuk manusia menjilat pantat. Menurut Yos, itu adalah fenomena dari kultur hyper individu dan sudah biasa diucapkan oleh orang Indonesia. Belakangan lukisan itu dianggap berbahaya, dan Yos kaget karena dia murni mengekspresikan rasa seninya.

Terakhir, Yos pun memberi nama lukisannya yang pertama dilarang itu, adalah Konoha I (pria bermahkota raja Solo menginjak beberapa pria). Konoha II (lukisan pria bertopi raja Solo dijilati pantatnya), Kemudian yang ketiga adalah 2019 yang objeknya pria seperti Jokowi, tapi orang biasa, yang menuntun sapi berwarna merah menuju ke istana. Keempat adalah Niscaya.

"Niscaya ini petani, gambar seorang petani. Yang mungkin diasumsikan seperti rupanya Jokowi. Memberi makan kepada konglomerat yang memiliki, yang berdandan. Dengan pakai dasi, cincinnya, rentengan, jam tangannya, jam tangan emas."

"Yang kelima itu judulnya Makan Malam, gambar seorang petani memberi makan kepada anjing-anjing. Yang seperti saya katakan tadi. Anjing-anjing ini itu biasa. Seorang petani yang tinggal di pinggir hutan itu biasa punya anjing. Makannya biasanya malam hari. Supaya tidak keluyuran ke mana-mana, tapi menjaga ladangnya. Kan begitu," tandasnya.

Lukisan berjudul Makan Malam karya Yos Suprapto. (Ist)