Sinyal Lemah, Penyelam Putar Otak Temukan CVR
Dalam perjalanan pulang menuju Dermaga JICT Tanjung Priok, supervisor penyelam Dislambair Mayor Laut (S), Thomas Dolfinus Fanulene menceritakan kronologi dari mulai menyelam hingga menemukan CVR.
"Awalnya kami sudah diberikan titik lokasi sinyal yang ditangkap oleh alat ping locater dari KNKT. Titik itu kemudian diverifikasi oleh KRI ini Spica dengan menggunakan peralatan bawah air," ucap Thomas di KRI Spica di wilayah Perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, Senin (14/1/2019).
Selama tujuh hari pencarian, penyelam dibatasi sebanyak 10 orang per hari, dengan batas waktu yang ditentukan dalam sekali menyelam. Karena, menurut Thomas, bekerja juga harus menjaga keselamatan diri.
"Pada saat menyelam itu, paru-paru kita semakin mengkerut. Apabila dipaksakan, paru paru kita hancur. Makanya, maksimal satu orang satu kali per hari," jelas dia.
Sampai pada hari keenam dengan teknik pencarian menggunakan ping locater, tim pencarian yang terdiri dari KNKT, Pushidrosal, Kopaska TNI AL, dan Dislambair masih belum juga menemukan black box yang memuat rekaman percakapan antara pilot dan kopilot sesaat sebelum jatuh itu.
Mereka akhirnya mencari cara lain. Karena, kalau tetap ngotot mengandalkan sinyal ping locater yang timbul-tenggelam, CVR tidak akan ketemu. Pada pencarian di hari ketujuh mereka akhirnya menggunakan teknik konvensional.
"Akhirnya kita putuskan menggunakan teknik konvensional yaitu circular search. Metode ini kita gunakan dengan melakukan perputaran seperti jangkar sampai jarak delapan meter dari sinyal ping locater, Menggunakan poros pada titik yang sudah ditentukan.
Benar saja, setelah menggunakan teknik itu, salah satu anggota Dislambair TNI AL Koarmada 1 Serda Satria Margono Susanto, meraba permukaan lumpur dan menemukan benda berwarna oranye yang tertimbun sedalam 30 sentimeter dari lumpur di dasar laut.
"Awalnya kami mengira-ngira aja. Soalnya kemarin dari KNKT warnanya oranye. Nah setiap warna oranye ya kita angkat aja karena jarak pandang maksimal kami terbatas. Ternyata itu CVR," tuturnya.
Setelah selang waktu 30 menit dari awal penerapan metode circular dan menemukan CVR, benda oranye tersebut langsung dibawa ke atas kapal KRI Spica dan menuju ke Dermaga JICT.
Thomas bilang, timnya juga membawa tulang-belulang korban Lion Air PK-LQP yang berada di sekitar CVR. "Selama tulang itu bisa kita ambil, ya kita bawa. Di bawah itu batas pandangnya paling jauh 2 meter. Apa yang kami temukan ya kita ambil. Ngeraba, ketemu tulang ya kita kantongin, bawa ke atas," jelas dia.
Saat ini, CVR telah dibawa ke Kantor KNKT untuk proses penelitian lebih lanjut oleh tim investigator.