Data CVR Lion Air Diyakini Tidak Rusak
"CVR punya kekuatan untuk tahan goncangan 200 G, kalau kemarin tidak akan sampai 200 G secara fisik hanya lecet, tetapi di dalamnya punya kemampuan tahan," kata Harjo dalam konferensi pers di Jakarta International Container Terminal 2 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (14/1/2019).
Harjo menambahkan, CVR dirancang untuk tahan guncangan dan ledakan keras serta selama ini belum pernah ditemukan data rusak.
"CVR didesain agar jangan rusak kita belum dapatkan pengalaman kalau CVR rusak. Kalau rusak ya rusak dari awalnya. Kalau dari pabriknya sudah rusak Wallahualam," katanya.
Tim Penyelam dari Dislambair Koarmada I yang dipimpin oleh Kadislambair Koarmada I Kolonel Laut (E) Monang Sitompul membawa 25 Personil dengan didukung alat apung LCU 1 unit, Perahu Karet 1 unit, Alat Selam yang terdiri dari Crabe dan Scuba, ALB, Tali, Staldrat, dan peralatan pendukung lainnya.
Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) yang digandeng Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) berhasil menemukan Cockpit Voice Recorder (CVR) Lion Air PK-LQP yang jatuh di perairan Tanjung Karawang beberapa waktu lalu.
KRI Spica-934 menemukan CVR pada posisi koordinat 05 48 46,503 S - 107 07 36,728 T. di perairan Tanjung Kerawang Jabar dalam rangka kegiatan pencarian CVR dan "Human Remains" pesawat Lion Air JT 610, Senin (14/01).
Setelah diketahui posisi tersebut, Tim Penyelam dari Dislambair Koarmada I 18 org lengkap dg peralatan Scuba dan tiga orang dari Kopaska, melaksanakan penyelaman dilokasi Spot sesuai koordinat tersebut di atas, dan pada pukul 08.40 WIB penyelam atas nama Serda Ttg Satria Margono berhasil menemukanya CVR dimaksud.
Pushidrosal mengerahkan KRI Spica-934 yang diberangkatkan dari Dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT) 2 Pelabuhan Tanjung Priok, Selasa (8/01/2019). Keberangkatan kapal survei Hidro - Oseanografi di bawah pembinaan Pushidrosal tersebut dilepas Kapushidrosal Laksda TNI Dr. Ir. Harjo Susmoro, S.Sos.,S.H., M.H. dan Ketua KNKT Soerjanto serta para pejabat utama kedua lembaga.
Keberangkatan KRI Spica-934 yang memiliki peralatan bawah air dengan teknologi canggih ini untuk terus mencari keberadaan CVR yang sampai saat ini belum diketemukan dengan membawa alat yang lengkap seperti Multibeam Echosounder (MBES), Sub Bottom Profiling (SBP), Magnetometer, Side Scan Sonar, ADCP serta peralatan HIPAP yang mampu mendeteksi sinyal dari kotak hitam dari Lyon JT 610.
Selain peralatan tersebut KRI Spica-934 juga membawa ABK sebanyak 55 orang, personel KNKT sembilan orang, penyelam TNI AL 18 orang, serta peneliti enam orang. Dengan segala kekuatan yang ada, KRI Spica yang dikomandani Lekol Laut (P) Hengky Iriawan, ST ini mempunyai waktu mencari CVR Lion Air nomor penerbangan JT-610 tersebut selama 15 hari, mengingat sinyal yang dipancarkan CVR selama 90 hari, dan saat ini waktu yang tersisa tinggal tersisa lebih kurang 15 hari lagi, sejak pesawat Lion Air jatuh di perairan Karawang 29 Oktober 2018 lalu.
Pencarian selebar lima kali lima meter di titik diperkirakan keberadaan CVR, yang jaraknya 50 meter di lokasi diketemukannya Flight Data Recorder (FDR). Tepat enam hari CVR tersebut berhasil diketemukan KRI Spica.