Gedung Putih Tolak Wacana Pemimpin Arab Rekonstrukis Gaza, Ini Alasannya

ERA.id - Gedung Putih menolak usulan pada pertemuan puncak para pemimpin Arab untuk membangun kembali Gaza. Penolakan itu didasari dengan alasan bahwa usulan tersebut tidak membahas kenyataan saat ini di daerah kantong yang dilanda perang tersebut.
Dalam pernyataan resminya, Gedung Putih menyebut wacana para pemimpin Arab untuk merekonstruksi Gaza tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. Mereka mengabaikan kenyataan Gaza yang dipenuhi dengan puing dan tidak layak huni.
"Proposal saat ini tidak membahas kenyataan bahwa Gaza saat ini tidak dapat dihuni dan penduduk tidak dapat hidup secara manusiawi di wilayah yang tertutup puing-puing dan persenjataan yang belum meledak," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Brian Hughes, dikutip Anadolu, Rabu (5/3/2025).
Pernyataan itu juga menekankan kembali bahwa Trump tetap menginginkan Gaza bebas dari Hamas. Di sisi lain, Gedung Putih terbuka untuk membicarakan lebih lanjut.
"Presiden (Donald) Trump tetap pada visinya untuk membangun kembali Gaza yang bebas dari Hamas. Kami menantikan pembicaraan lebih lanjut untuk membawa perdamaian dan kemakmuran ke wilayah tersebut," tegasnya.
KTT darurat Arab di Kairo digelar pada hari Selasa (4/3) mengadopsi rencana rekonstruksi Mesir senilai 53 miliar dolar AS untuk membangun kembali Jalur Gaza tanpa menggusur warga Palestina dari tanah mereka.
KTT tersebut menyoroti bahwa mereka menugaskan komite hukum Arab untuk mempelajari klasifikasi pengungsian warga Palestina sebagai bagian dari kejahatan genosida.
Selain itu, KTT tersebut selanjutnya meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengerahkan pasukan penjaga perdamaian internasional di Tepi Barat dan Gaza, dengan tujuan mendukung cakrawala politik demi mewujudkan negara Palestina.
Usulan Arab itu muncul setelah rencana luar biasa Trump untuk mengambil alih Gaza dan memukimkan kembali warga Palestina untuk mengembangkannya, yang dia sebut sebagai "Riviera Timur Tengah."
Rencananya ditolak oleh dunia Arab dan banyak negara lain, salah satunya Indonesia, yang mengatakan bahwa hal itu sama saja dengan pembersihan etnis.
Hampir 48.400 warga Palestina telah tewas, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, dan lebih dari 111.000 orang terluka dalam perang brutal Israel di Gaza sejak Oktober 2023.
Serangan gencar itu, yang membuat daerah kantong itu hancur, dihentikan sementara berdasarkan perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang berlaku pada 19 Januari.
Israel menghentikan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza pada hari Minggu karena Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menolak untuk memulai negosiasi pada tahap kedua dari kesepakatan gencatan senjata antara Tel Aviv dan Hamas.