Golkar Mau Hilangkan Pengaruh PDIP di Jawa Tengah?

ERA.id - Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia ingin Jawa Tengah jadi basis semua partai. Itu artinya, kuat dugaan dia mau pengaruh PDIP pelan-pelan luntur di sana.

Makanya, Bahlil mengingatkan jajarannya agar melakukan konsolidasi pengurus sampai tingkat kecamatan dan desa untuk terus membesarkan partai, terkhusus di Jawa Tengah.

"Tidak ada partai yang hebat, yang menambah suara tanpa melakukan konsolidasi struktural," katanya, saat membuka Musyawarah Daerah Partai Golkar Jawa Tengah, di Semarang, Jumat silm.

Menurut dia, Musda XI Partai Golkar Jateng merupakan forum untuk merumuskan langkah konsolidasi partai sampai ke tingkat bawah.

"Dalam proses konsolidasi, forum ini juga kita merumuskan agar konsolidasi dilakukan sampai dengan di tingkat kabupaten, tingkat kecamatan, tingkat desa," katanya.

"Pengurus-pengurus kecamatan kita yang kalau sudah tidak aktif harus segera kita revitalisasi. Pengurus-pengurus desa kita. Harus kita melakukan revitalisasi," katanya.

Jateng, diakuinya, merupakan lokasi pertama yang dipilih untuk menggelar Musda, karena merupakan daerah strategis dalam politik. Bahkan, kata dia, Jateng menjadi salah satu tolok ukur dalam strategi pemenangan partai agar bisa menang di daerah-daerah yang lainnya.

"Saya yakin ke depan Jawa Tengah akan menjadi lumbung suara bagi semua partai. Bagi semua partai. Lebih khusus lagi adalah Partai Golkar," katanya.

Bahlil juga berharap pelaksanaan musda Golkar di Jateng bisa menjadi percontohan bagi pengurus Golkar di provinsi-provinsi yang lain ke depan.

Pada Musda XI Partai Golkar Jateng, Mohammad Saleh menjadi kandidat terkuat calon Ketua DPD Partai Golkar Jateng periode 2025-2030, setelah muncul sebagai calon tunggal.

Saleh yang saat ini menjabat sebagai Bendahara DPD Partai Golkar Jateng berpeluang besar terpilih secara aklamasi karena mendapatkan dukungan dari seluruh DPD II di 35 kabupaten/kota di Jateng, ditambah ormas-ormas sayap partai.

Sementara itu, Ketua DPD Partai Golkar Jateng Panggah Susanto mengatakan bahwa munculnya nama Soleh sebagai satu-satunya calon telah melalui proses yang cukup panjang.

"Seperti dikatakan Pak Ketum (Bahlil) bahwa demokrasi itu bisa lewat musyawarah mufakat maupun lewat pemilihan voting. Dalam Musda Jateng ini, saya kira sudah ada prosesnya, tidak ujug-ujug satu orang (calon)," katanya.