Amerika Serikat Veto Resolusi DK PBB Soal Gaza, Gencatan Senjata Gagal Terwujud

ERA.id - Amerika Serikat memveto resolusi yang menyerukan gencatan senjata dan akses kemanusiaan tanpa baras di Gaza. AS mengklaim veto itu dilakukan karena resolusi itu kontraproduktif yang menargetkan Israel.

"Hari ini, Amerika Serikat mengirim pesan yang kuat dengan memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang kontraproduktif mengenai Gaza yang menargetkan Israel," kata Menteri Luar Negeri Marco Rubio, dikutip AFP, Kamis (5/6/2025).

Rubio menekankan Washington tidak akan mendukung teks apa pun yang menyamakan Israel dan Hamas, atau mengabaikan hak Israel untuk membela diri.

"Amerika Serikat akan terus mendukung Israel di PBB," tegasnya.

Pemungutan suara yang dilakukan pada Rabu (4/6) itu merupakan yang pertama dilakukan badan yang beranggotakan 15 orang itu mengenai situasi tersebut sejak November. Saat itu AS yang juga sekutu utama Israel memblokir sebuah teks yang menyerukan diakhirinya pertempuran.

Rancangan resolusi tersebut menuntut gencatan senjata segera, tanpa syarat, dan permanen di Gaza yang dihormati oleh semua pihak. Rancangan itu juga menyerukan pembebasan segera, bermartabat, dan tanpa syarat semua sandera yang ditahan oleh Hamas dan kelompok lain, serta menuntut pencabutan semua pembatasan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Veto tersebut menandai tindakan pertama Washington sejak Presiden AS Donald Trump menjabat pada bulan Januari. 

Israel telah menghadapi tekanan internasional yang meningkat untuk mengakhiri perangnya di Gaza.

Pengawasan itu telah meningkat atas kegagalan distribusi bantuan di Gaza, yang diblokir Israel selama lebih dari dua bulan sebelum mengizinkan sejumlah kecil kendaraan PBB masuk pada pertengahan Mei.

PBB, yang bulan lalu memperingatkan seluruh penduduk di wilayah Palestina yang terkepung itu berisiko kelaparan, mengatakan bantuan yang sedikit saja masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan.

"PBB harus kembali ke tujuan awalnya, yaitu mempromosikan perdamaian dan keamanan, dan menghentikan tindakan-tindakan performatif ini," kata Rubio.