Carmen Marsh: Perempuan Harus Berani Bicara di Meja Keputusan Cybersecurity

ERA.id - Dalam wawancara di Global Cybersecurity Forum 2025 di Riyadh, pakar keamanan siber dan AI, Carmen Marsh, menegaskan bahwa perempuan harus aktif menyuarakan pendapatnya di sektor yang selama ini didominasi laki-laki.

Marsh, yang merupakan CEO United Cybersecurity Alliance, mengatakan bahwa pengalaman panjangnya sejak berkarier di Silicon Valley membuatnya memahami tantangan itu.

“Kita sering punya ide bagus, tapi ragu untuk bicara. Padahal, perempuan punya tempat di meja keputusan,” ungkapnya, Selasa (1/10).

Framework AI inklusif

Sebagai bagian dari Global Council for Responsible AI, Marsh menjelaskan pentingnya framework AI yang inklusif, dengan prinsip transparansi, akuntabilitas, dan etika. Pertemuan terbaru di Italia bahkan melibatkan 60% representasi perempuan.

“Banyak framework AI fokus pada teknologi semata. Padahal, kita perlu kerangka yang agile, yang bisa merangkul inovasi sekaligus melawan bias,” jelasnya.

Pendidikan gratis untuk perempuan

Melalui program 100 Women 100 Days Cybersecurity Accelerator, Marsh telah mendidik ratusan perempuan di seluruh dunia agar siap terjun ke industri keamanan digital. Program ini memberikan pelatihan teknis, sertifikasi global, hingga akses kerja tanpa biaya.

“Cybersecurity bisa jadi jalur karier yang menjanjikan. Tapi biaya pendidikan sering jadi penghalang. Kami ingin menghapus itu,” tambahnya.

Catatan untuk Indonesia

Indonesia kini menghadapi meningkatnya serangan siber, khususnya di sektor perbankan dan kesehatan. Kominfo menyebutkan kebutuhan tenaga ahli digital mencapai 400 ribu per tahun, sementara jumlah perempuan yang masuk masih minim.

“Jika perempuan Indonesia masuk lebih banyak ke bidang ini, mereka bisa jadi game changer untuk keamanan digital nasional,” tegas Marsh.