Kasus Pelecehan Seksual di Transportasi Umum Meningkat, KemenPPPA Ajak Perempuan Berani Berbicara
ERA.id - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mengecam kasus pelecehan seksual di transportasi publik yang setiap tahun mengalami peningkatan. Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan Kementerian PPPA, Ratna Susianawati, meminta perempuan agar berani untuk melakukan speak up.
Apalagi, belakangan ini kasus pelecehan seksual sering terjadi pada perempuan dan anak. Menurutnya, sangat penting mengadakan sebuah acara yang membahas kasus pelecehan seksual, seperti L'Oréal Paris x JakLingko Stand Up Against Sexual Harassment in Public Places.
"Isu-isu terkait pelecehan seksual bagi perempuan dan anak sering terjadi. Acara ini menjadi ruang baik bagi ketika semua. Kita mengadakan ruang diskusi apa yang harus kita lakukan," kata Ratna Susianawati, Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan, Kemen PPPA, saat ditemui di Aula Stasiun BNI City, Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada Kamis (16/3/2023).
"Ini bagian kunci dari kampanye bersama, melakukan pencegahan bagaimana menyelesaikan persoalan. Kita bicara kekerasan bukan hanya soal rumah tangga, tetapi mewaspadai kekerasan seksual," tambahnya.
Menurutnya, kasus pelecehan seksual paling sering terjadi di transportasi publik. Maka dari itu, KemenPPPA akan bekerja sama dengan pihak Kereta Api Indonesia (KAI) agar memberikan kenyamanan bagi perempuan.
"Kita dikejutkan berita viral di media sosial, masih ada kekerasan seksual terutama transportasi, kita sudah melakukan berbagai upaya termasuk upaya agar publik menjadi nyaman," katanya.
"Kekerasan harus diwaspadai, kemarakannya kita saat ini luar biasa, tantangan kita luar biasa. Apalagi ada keyakinan kerjasama dengan langkah yang tidak ada mustahil," paparnya.
Ratna melihat perempuan dan anak sangat rentan menjadi korban pelecehan seksual. Maka dari itu, ia mengajak publik agar memberikan dukungan untuk mengecam kasus kekerasan pelecehan seksual.
"Kita bicara perempuan dan anak, ini jadi spirit dan kekuatan dalam kelompok. Perempuan dan anak memang rentan alami kekerasan. Memikirkan bagaimana memberikan support system, layanan dan perlindungan lebih untuk perempuan dan anak. Gerakan ini diperlukan dari sisi kebijakan, bagaimana menjawab persoalan," katanya.
Maka dari itu, Ratna meminta korban pelecehan seksual agar mulai berani speak up untuk mendapatkan keadilan.
"Usia 15-54 tahun sering mengalami kekerasan, termasuk juga anak. Ini jadi kepentingan bagi semua, bukan saya tapi semua bekerja sama, memberikan edukasi, literasi, awareness. Dimulai dari individu dan kerjasama, ini adalah ruang awal," imbuhnya.
"Perempuan dan anak korban kekerasan mulai berani speak up dan menjadi awal spirit gerakan bersama, bagaimana menyatukan kebersamaan dan keadilan. Ini harus menjadi semangat bersama," lanjutnya.