Dibantu Suami, Perempuan di Riau Peras Pria Lewat Video Call Seks, Raup Rp1,6 Miliar
ERA.id - Ditreskrimsus Polda Riau mengamankan pasangan suami-istri pelaku pengancaman dan pemerasan kepada korban hingga mengalami kerugian mencapai Rp1,6 miliar.
Dirreskrimsus Polda Riau, Kombes Pol Ade Kuncoro Ridwan, mengatakan pelaku beraksi dengan modus "video call sex" (VCS). Dua orang pelaku berhasil diamankan, masing-masing SH dan SZ
"Benar, kami telah mengamankan dua orang pelaku yang diduga melakukan tindak pidana pengancaman dan pemerasan dengan modus 'video call sex'. Keduanya sudah kami amankan untuk pemeriksaan lebih lanjut," kata Kombes Ade di Pekanbaru, Minggu kemarin.
Dia menjelaskan kasus ini bermula dari laporan masyarakat dengan Laporan Polisi Nomor: LP/B/342/VIII/2025/SPKT/POLDA RIAU, tertanggal 3 Agustus 2025. Dalam laporan tersebut, korban mengaku telah menjadi sasaran pengancaman dan pemerasan yang dilakukan melalui media sosial.
Menindaklanjuti laporan itu, Tim Radar Polda Riau menelusuri akun media sosial yang digunakan untuk mengancam. Dari hasil analisis digital forensik, polisi berhasil mengidentifikasi identitas serta alamat pelaku.
"Selanjutnya, Subdit V Siber Ditreskrimsus Polda Riau bergerak cepat menangkap kedua pelaku," ujarnya.
Dari hasil penyelidikan, diketahui bahwa korban dan pelaku perempuan SH awalnya berkenalan secara tidak langsung di sebuah tempat hiburan malam pada tahun 2019. Hubungan keduanya kemudian berlanjut melalui pesan pribadi di media sosial Instagram dan WhatsApp.
Pada Agustus 2023, korban kembali menghubungi pelaku dan mengajaknya melakukan video call sex. Awalnya, pelaku menolak ajakan tersebut, namun setelah korban menawarkan uang sebesar Rp1 juta, pelaku menyetujuinya dan melakukan VCS melalui Instagram.
Saat aksi itu berlangsung, pelaku diam-diam melakukan tangkapan layar tersebut kemudian digunakan pelaku untuk mengancam korban. Dalam pesan ancamannya, pelaku menulis, "Kau kirim uang kalau tidak, kusebarkan fotomu".
Korban yang ketakutan akhirnya menuruti permintaan pelaku dan mentransfer uang sebesar Rp10 juta. Modus pemerasan tersebut terus berlanjut selama dua tahun, dari Agustus 2023 hingga Agustus 2025. Selama periode itu, korban mengalami kerugian hingga mencapai Rp1,6 miliar.
"Kami imbau masyarakat untuk tidak mudah percaya kepada orang yang baru dikenal di media sosial, apalagi melakukan aktivitas pribadi yang bisa disalahgunakan. Kami juga mendorong siapa pun yang menjadi korban kejahatan siber untuk segera melapor," tuturnya.